Setiap akhir periode
akuntansi, perusahaan diwajibkan membuat laporan keuangan. Laporan keuangan
yang dibuat oleh perusahaan, minimal terdiri dari laporan perubahan modal,
laporan laba rugi, dan laporan neraca. Akhir-akhir ini perusahaan juga diminta
untuk membuat laporan arus kas karena laporan arus kas memberikan tambahan
informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.
Dalam
teori agensi dinyatakan bahwa manajemen (sebagai agen) diminta membuat laporan
keuangan sebagai pertanggungjawabannya kepada prinsipal atas aset perusahaan
yang dipercayakan oleh prinsipal kepada agen. Secara ringkas teori agensi dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Pada waktu
perusahaan masih kecil, semua urusan yang menyangkut perusahaan tersebut dapat
ditangani sendiri oleh pemiliknya dengan dibantu (mungkin) oleh beberapa orang.
Kegiatan yang dimiliki perusahaan masih relatif kecil (sedikit) sehingga
penanganannya tidak memerlukan banyak orang. Ukuran besar kecilnya perusahaan
dapat dilihat dari struktur organisasi, jumlah pegawai, pangsa pasar, omset
perusahaan, modal, dan sebagainya.
Semakin lama
perusahaan semakin besar, maka pemilik tidak dapat menangani perusahaan
sendiri. Struktur organisasi perusahaan semakin berkembang, jumlah pegawai
perusahaan semakin banyak, perusahaan dapat menguasai sebagian pangsa pasar,
modal perusahaan semakin besar dan sebagainya. Sebagian pekerjaan yang biasanya
dikerjakan oleh pemilik diserahkan kepada orang yang dipercaya karena pemilik
tidak dapat menangani sendiri. Bahkan dimungkinkan seluruh urusan perusahaan
dipercayakan kepada orang lain. Orang yang dipercaya oleh pemilik untuk
mengelola perusahaan disebut agen (agent)
sedangkan pemilik disebut prinsipal (principal).
Sebagai
pertanggungjawaban atas kepercayaan yang telah diberikan prinsipal kepada agen,
maka agen membuat laporan yang berkaitan dengan kemajuan perusahaan. laporan
kemajuan perusahaan tersebut tercermin dalam laporan keuangan yang dibuat
setiap periode akuntansi.
Disisi lain,
berdasarkan atas pertanggungjawaban agen dalam bentuk laporan keuangan, pemilik
memberikan penghargaan atas kinerja yang telah dicapai oleh agen. Agen
dikatakan dapat memiliki kinerja yang baik apabila agen dapat memberikan
kemakmuran kepada prinsipal. Semakin besar kemakmuran yang diperoleh prinsipal
maka semakin baik kinerja agen.
Prinsipal
dalam hal ini adalah mereka yang memiliki modal. Dalam laporan keuangan
tercermin dalam kelompok modal sendiri. Sementara mereka yang tergolong pada
kelompok modal asing bukan sebagai pemilik perusahaan. Agen dalam hal ini
adalah mereka yang biasanya menduduki jajaran manajemen perusahaan.
Menurut PSAK No. 1 (Ikatan
Akuntansi Indonesia, 2002) tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah
memberikan informasi tentang posisi keuangan, kienrja dan arus kas perusahaan
yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka
membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan
sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai
tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai
perusahaan yang meliputi:
1.
aktiva
2.
kewajiban
3.
ekuitas
4.
pendapatan dan beban termasuk keuntungan
dan kerugian;
5.
arus kas.
Laporan
keuangan pada umumnya terdiri dari lima komponen yang meliputi: laporan laba
rugi, laporan ekuitas pemilik (perubahan modal), neraca, dan laporan arus kas,
catatan atas laporan keuangan. Pada bab berikutnya, secara berturut-turut, akan
dibicarakan laporan laba rugi, laporan neraca dan laporan arus kas. Pembahasan
tersebut akan berkaitan dengan elemen-elemen yang menyusun laporan keuangan.
Laporan keuangan disusun
berdasarkan asumsi kelangsungan usaha. Setiap perusahaan berkeinginan
perusahaannya terus menerus berkembang. Jarang (atau bahkan tidak ada)
perusahaan yang didirikan hanya untuk sesaat saja. Karena perusahaan berdiri
dan diharapkan terus berdiri, maka perkembangan perusahaan perlu diketahui
secara baik. Hal ini dapat terwujud apabila setiap periode perusahaan membuat
laporan keuangan.
Perlu diketahui juga bahwa
perusahaan membuat laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus
kas. Dalam akuntansi akrual, aktiva, kewajiban, ekuiti, penghasilan dan beban
diakui pada saat kejadian bukan saat kas atau setara kas diterima dan dicatat
serta disajikan dalam laporan keuangan pada periode terjadinya. Beban diakui
dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang
ditimbulkan dengan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses yang
biasanya disebut pengkaitan biaya dengan pendapatan (matching concept) melibatkan secara bersamaan atau gabungan
penghasilan dan beban yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama dari
transaksi atau peristiwa lain yang sama. Misalnya berbagai komponen beban yang
membentuk harga pokok penjualan diakui pada saat yang sama dengan pengakuan
penghasilan yang diperoleh dari penjualan barang yang bersangkutan. Namun
demikian penggunaan konsep matching
tidak memperkenankan pengakuan pos dalam neraca yang tidak memenuhi kriteria
pengakuan aktiva dan kewajiban. Beban segera diakui dalam laporan laba-rugi
kalau pengeluaran tidak menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau sepanjang
manfaat ekonomi masa depan tidak lagi memenuhi syarat untuk diakui dalam neraca
sebagai aktiva. (Ikatan Akuntan Indonesia,2000)
Dalam
PSAK No. 1, paragraf 34, dikemukakan bahwa setiap komponen laporan keuangan
harus diidentifikasi secara jelas. Disamping itu, informasi berikut ini
disajikan dan diulangi, bilamana perlu, pada setiap halaman laporan keuangan:
1.
nama perusahaan pelapor, atau identitas
lain;
2.
cakupan laporan keuangan, apakah mencakup
hanya satu entitas atau beberapa entitas.
3.
Tanggal atau periode yang dicakup oleh
laporan keuangan, mana yang lebih tepat bagi setiap komponen laporan keuangan
4.
Mata uang pelaporan, dan
5.
Satuan angka yang digunakan dalam penyajian
laporan keuangan
Keterkaitan
antara laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas pemilik, neraca, dan
laporan arus kas nampak pada halaman 14
berikut ini.
PT Konmuter
Laporan laba rugi
Untuk periode yang berakhir
31 Desember 2002
(dalam rupiah)
Pendapatan honor
|
|
7.500
|
Beban operasi
|
|
|
Beban upah
|
2.125
|
|
Beban sewa
|
800
|
|
Beban perlengkapan
|
800
|
|
Beban utilitas
|
450
|
|
Beban rupa-rupa
|
275
|
|
Total beban operasi
|
|
4.450
|
Laba bersih
|
|
3.050
|
PT Konmuter
Laporan Perubahan Ekuitas
Pemilik
Untuk periode yang berakhir
31 Desember 2002
(dalam rupiah)
Modal, 1 Desember 2002
|
|
0
|
Investasi pada 1 Desember
2002
|
15.000
|
|
Laba bersih bulan Desember
2002
|
3.050
|
|
|
18.050
|
|
Dikurangi penarikan
|
2.000
|
|
Kenaikan ekuitas pemilik
|
|
16.050
|
Modal akhir, 31 Desember
2002
|
|
16.050
|
PT Konmuter
NERACA
Per 31 Desember 2002
(dalam rupiah)
Aktiva
|
Kewajiban
|
Kas 5.900
|
Utang Usaha 400
|
Perlengkapan 500
|
|
Tanah 10.000
|
Modal 16.050
|
Total aktiva 16.450
|
Total kewajiban dan ekuitas 16.450
|
PT Konmuter
Laporan Arus Kas
Untuk periode yang berakhir
31 Desember 2002
(dalam rupiah)
Arus kas dari aktivitas
operasi
Kas yang diterima dari pelanggan
(-) pembayaran kas untuk beban dan pembayaran
kepada kreditor
Arus kas bersih dari
aktivitas operas
|
7.500
4.600
|
2.900
|
Arus kas dari aktivitas
investasi
Pembayaran kas untuk akuisisi tanah
|
|
(10.000)
|
Arus kas dari aktivitas
pendanaan
Kas yang diterima sebagai investasi pemilik
(-) penarikan kas oleh pemilik
arus kas bersih dari aktivitas pendanaan
|
15.000
2.000
|
13.000
|
Arus kas bersih dan saldo
kas 31 Desember 2002
|
|
5.900
|
A. LAPORAN LABA RUGI
Laporan
laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu
berdasarkan konsep penandingan (matching
concept). Konsep ini diterapkan dengan menandingkan beban dengan pendapatan
yang dihasilkan selama periode terjadinya beban tersebut. Laporan laba rugi
juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban-beban yang terjadi.
Kelebihan ini disebut laba bersih atau keuntungan bersih (net income atau net profit).
Sebaliknya jika beban melebihi pendapatan, maka disebut rugi bersih (net loss).
Dampak
dari pendapatan yang dihasilkan dan beban yang terjadi selama periode
beroperasinya perusahaan ditunjukkan dalam persamaan kenaikan dan penurunan
ekuitas pemilik (modal). Laba bersih untuk periode waktu tertentu mempunyai
pengaruh yaitu menaikkan ekuitas pemilik (modal) dalam periode tersebut, dan
sebaliknya, apabila terjadi rugi bersih akan menurunkan ekuitas pemilik (modal)
dalam periode yang bersangkutan.
Ada
dua format yang lazim digunakan untuk menyiapkan laporan laba rugi, yaitu
bertahap (multiple step) dan langsung
(single step). Laporan laba rugi
bertahap memuat beberapa seksi, subseksi, dan sub total. Hal ini tampak pada
gambar 2.1. Sedangkan gambar 2.2 menunjukkan laporan laba rugi yang dibuat
dengan metoda langsung (single step).
Komponen-komponen
yang menyusun laporan laba rugi dapat dijelaskan secara singkat sebagai
berikut:
1.
Pendapatan dari penjualan
Jumlah
yang dibebankan kepada pelanggan untuk barang dagang yang dijual, baik secara
tunai maupun kredit, dilaporkan pada seksi ini. Retur dan potongan penjualan
serta diskon penjualan dikurangkan dari jumlah ini untuk mendapatkan penjualan
bersih.
2.
Harga pokok penjualan
Harga
pokok atau biaya dari barang dagang yang dijual selam periode tersebut, biasa
juga disebut sebagai harga pokok penjualan (cost
of goods sold atau cost of sales)
3.
Laba kotor
Kelebihan
penjualan bersih terhadap harga pokok barang dagang yang dijual disebut laba
kotor (gross porfit). Kadang hal ini
disebut sebagai laba kotor atas penjualan (gross
profit on sales) atau marjin kotor (gross
margin).
4.
Beban operasi
Kebanyakan
perusahaan dagang mengklasifikasikan beban operasi sebagai beban penjualan atau
beban administrasi. Beban yang timbul secara langsung dalam rangka penjualan
barang dagang disebut beban penjualan (selling
expenses). Beban ini antara lain meliputi gaji wiraniaga , perlengkapan
toko yang digunakan, penyusutan peralatan toko, dan iklan. Beban yang timbul
dalam administrasi atau operasi umum perusahaan disebut beban administrasi (administrative expenses) atau beban umum
(general expenses). Contoh-contohnya
meliputi gaji pegawai kantor, penyusutan peralatan kantor, dan perlengkapatan
kantor yang digunakan. Beban kartu kredit lazximnya juga diklasifikasikan
sebagai beban administrasi.
Beban yang terkait dengan penjualan
maupun administrasi bisa dibagi di antara kedua klasifikasi tersebut. Namun,
pada perusahaan kecil, beban seperti sewa, asuransi, dan pajak umumnya dilaporkan sebagai beban
administrasi. Transaksi yang menyangkut beban dalam jumlah kecil dan jarang
terjadi acapkali dilaporkan sebagai penjuala beban rupa-rupa atau beban
administrasi rupa-rupa.
5.
Laba dari Operasi
Kelebihan
laba kotor terhadap total beban operasi disebut laba dari operasi (income from operations) atau laba
operasi (operating income). Rasio
atau perbandingan laba operasi terhadap total aktiva dan terhadap penjualan
bersih merupakan faktor penting dalam menilai efisiensi dan profitabilitas
operasi. Bila beban operasi lebih besar daripada laba kotor, maka kelebihan
tersebut disebut kerugian dari operasi (loss
from operations).
6.
Pendapatan Lain-lain dan Beban Lain-lain
Pendapatan
dari sumber lain di luar aktivitas yang utama disebut pendapatan lain-lain (other income). Untuk perusahaan dagang,
hal ini mencakup pendapatan bunga, sewa dan keuntungan dari penjualan aktiva
tetap.
Beban yang tidak dapat dikaitkan
langsung dengan operasi disebut beban lain-lain (other expense). Beban bunga yang timbul dari aktivitas pendanaan
dan kerugian dalam pelepasan aktiva tetap merupakan contoh dari beban
lain-lain. Pendapatan dan beban lain-lain dikurangkan satu sama lain dalam
laporan laba rugi. Bila jumlah pendapatanlain-lain melebihi beban lain-lain,
maka selisihnya ditambahkan ke laba operasi. Bila hal sebaliknya yang terjadi,
selisihnya dikurangkan dari laba operasi.
7.
Laba bersih
Angka
terakhir pada laporan laba rugi disebut laba bersih (net income) atau kerugian bersih (net loss). Hal itu merupakan kenaikan bersih (atau penurunan
bersih) terhadap ekuitas pemilik sebagai akibat dari aktivitas penciptaan laba
selama periode yang bersangkutan.
PSAK No. 1 mengatur pos-pos yang
minimal harus ada di dalam laporan laba rugi. Pos-pos tersebut adalah:
1.
Pendapatan
Penghasilan
didefinisikan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal. Penghasilan meliputi baik pendapatan (revenue) maupun
keuntungan (gain). Pendapatan adalah
penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan
sebutan yang berbeda seperti penjualan,
penghasilan jasa (fees), bunga,
dividen, royalti, dan sewa.
Masalah utama dalam akuntansi untuk
pendapatan adalah menentukan sat pengakuan pendapatan. Pendapatan diakui bila
besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke perusahaan dan
manfaat ini dapat diukur dengan andal. Pendapatan harus diukur dengan nilai
wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima
2.
Laba rugi usaha
Laba
rugi usaha diperoleh dengan mengurangkan pendapatan dengan harga pokok
penjualan. Apabila pendapatan perusahaan lebih besar daripada harga pokok
penjualannya disebut laba. Demikian pula sebaliknya apabila pendapatan
perusahaan lebih kecil daripada harga pokok penjualannya disebut rugi.
3.
Beban pinjaman
Beban
pinjaman terjadi sebagai akibat kejadian atau transaksi yang dilakukan
perusahaan sehubungan dengan pinjaman terjadi di masa lalu. Setiap periode
tertentu perusahaan berkewajiban mengembalikan pinjaman tersebut.
4.
Bagian dari laba atau rugi perusahaan
afiliasi dan asosiasi yang diperlakukan
menggunakan metoda ekuitas
5.
Beban pajak
6.
Laba atau rugi dari aktivitas normal
perusahaan
7.
Pos luar biasa
Suatu
kejadian atau transaksi dapat diklasifikasikan sebagai pos luar biasa jika
memenuhi dua kriteria sebagai berikut:
- bersifat tidak normal
kejadian
atau transaksi yang bersangkutan memiliki tingkat abnormalitas yang tinggi dan
tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan normal perusahaan
- tidak sering terjadi
kejadia
atau transaksi yang bersangkutan tidak sering terjadi dalam kegiatan normal
perusahaan.
Contoh pos luar biasa adalah gempa
bumi.
8.
Hak minoritas
9.
Laba atau rugi bersih untuk periode
berjalan
Berikut
ini contoh dari laporan laba rugi dengan menggunakan metoda ganda (multiple step).
Prahara Komputer
Laporan Laba Rugi
Untuk periode yang
berakhir 31 Desember 2002
(dalam ribuan
rupiah)
Pendapatan dari penjualan |
|
|
|
Penjualan
|
|
720.185
|
|
Dikurangi: retur dan potongan
penjualan
|
6.140
|
|
|
Diskon
penjualan
|
5.790
|
11.930
|
|
Penjualan bersih
|
|
|
708.255
|
Harga pokok
penjualan
|
|
|
525.305
|
Laba kotor |
|
|
182950
|
Beban Operasi |
|
|
|
Beban penjualan:
|
|
|
|
Beban gaji penjualan
|
60.030
|
|
|
Beban iklan
|
10.860
|
|
|
Beban penyusutan peralatan
toko
|
3.100
|
|
|
Beban penjualan rupa-rupa
|
630
|
|
|
Total beban
penjualan
|
|
74.620
|
|
Beban administrasi
|
|
|
|
Beban gaji kantor
|
21.020
|
|
|
Beban sewa
|
8.100
|
|
|
Beban penyusutan peralatan
kantor
|
2.490
|
|
|
Beban asuransi
|
1.910
|
|
|
Beban perlengkapan kantor
|
610
|
|
|
Beban administrasi rupa-rupa
|
760
|
|
|
Total beban
administrasi
|
|
34.890
|
|
Total beban
operasi
|
|
|
109.510
|
Laba dari operasi |
|
|
73.440
|
Pendapatan Lain-lain |
|
|
|
Pendapatan bunga
|
3.800
|
|
|
Pendapatan sewa
|
600
|
|
|
Total
pendapatan lain-lain
|
|
4.400
|
|
Beban lain-lain
|
|
|
|
Beban bunga
|
|
2.440
|
1.960
|
Laba bersih |
|
|
75.400
|
Laporan laba rugi langsung
Dalam
laporan laba rugi langsung (single step
income statement), hasil penjumlahan semua beban dikurangkan sekaligus dari
hasil penjumlahan semua pendapatan. Laporan laba rugi langsung dapat dilihat
pada gambar 2.2 berikut ini:
Gambar
2.2.
Prahara
Komputer
Laporan
Laba Rugi
Untuk
periode yang berakhir 31 Desember 2002
(dalam
ribuan rupiah)
Pendapatan:
|
|
|
Penjualan bersih
|
|
708.255
|
Pendapatan bunga
|
|
3.800
|
Pendapatan sewa
|
|
600
|
Total pendapatan
|
|
712.655
|
Beban:
|
|
|
Harga pokok penjualan
|
525.305
|
|
Beban penjualan
|
74.620
|
|
Beban administrasi
|
34.890
|
|
Beban bunga
|
2.440
|
|
Total beban
|
|
637.255
|
Laba bersih
|
|
75.400
|
Bentuk
langsung (single step form)
memberikan penekanan pada total pendapatan dan total beban sebagai faktor-faktor
yang menentukan laba bersih. Kritik terhadap bentuk langsung timbul karena
jumlah laba kotor dan laba operasi tidak tersedia untuk digunakan dalam
analisis lebih lanjut.
B. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Laporan
ekuitas pemilik melaporkan perubahan ekuitas pemilik selama jangka waktu
tertentu. Laporan tersebut dipersiapkan setelah laporan laba rugi, karena laba
bersih atau rugi bersih periode berjalan harus dilaporkan dalam laporan ini.
Demikian juga, laporan ekuitas pemilik dibuat sebelum mempersiapkan neraca,
karena jumlah ekuitas pemilik pada akhir periode harus dilaporkan di neraca.
oleh karena itu, laporan ekuitas pemilik seringkali dipandang sebagai
penghubung antara laporan laba rugi dengan neraca.
Laporan ekuitas yang dibuat oleh
perusahaan menunjukkan:
1.
Laba atau rugi bersih periode yang
bersangkutan
2.
Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan
atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara
langsung dalam ekuitas
3.
Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan
akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait
4.
Transaksi modal dengan pemilik dan
distribusi kepada pemilik
5.
Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal
dan akhir periode serta perubahannya; dan rekonsiliasi antara nilai tercatat
dari masing-masing jenis modal saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir
periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.
PSAK No. 21 (Ikatan
Akuntan Indonesia, 2002) menyatakan bahwa ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan
harus dilaporkan sedemikian rupa sehingga memberikan informasi mengenai
sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai dengan peraturan perundangan dan
akta pendirian yang berlaku.
Akuntansi
untuk ekuitas dibedakan menjadi dua yaitu akuntansi untuk ekuitas badan usaha
bukan PT dan Akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT. Akuntansi untuk
ekuitas badan usaha bukan PT harus dilaporkan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku untuk badan usaha tersebut dan standar akuntansi
keuangan yang berlaku khusus untuk industri yang bersangkutan, misalnya
koperasi.
Akuntansi ekuitas untuk badan
usaha berbentuk PT meliputi modal saham yang meliputi saham preferen, saham
biasa, dan akun tambahan modal disetor.
Pos modal lainnya seperti modal yang
berasal dari sumbangan dapat disajikan sebagai bagian dari tambahan modal
disetor. Akun tambahan modal disetor terdiri dari berbagai macam unsur
penambahan modal, seprti; agio saham, tambahan modal dari perolehan kembali
saham dengan harga yang lebih rendah dari pada jumlah yang diterima pada saat
pengeluaran, tambahan modal dari penjualan saham yang diperoleh kembali dengan
harga di atas jumlah yang dibayarkan pada saat perolehaannya, tambahan modal
dari perbedaan kurs modal disetor dan lain sebagainya. Akun tambahan modal disetor tidak boleh
didebit atau dikredit dengan pos laba/rugi usaha maupun laba/rugi luar biasa.
Penambahan modal disetor dicatat
berdasarkan:
1.
Jumlah uang yang diterima;
2.
Setoran saham dalam bentuk uang, sesuai transaksi
nyata. Untuk jenis saham yang diatur dalam bentuk rupiah dalam akta pendirian,
setoran saham tunai dalam bentuk mata uang asing dinilai dngan kurs berlaku
tanggal setoran.
Untuk
jenis saham yang diatur dalam mata uang asing dalam akta pendiriannya, setoran
tunai baik rupiah atau mata uang asing lain harus dikonversi ke mata uang asing
dalam akta pendirian sesuai kurs resmi yang berlaku pada tanggal setoran,
kecuali akta pendirian atau keputusan Pemenrintah menentukan kurs tetap.
Selisih kurs mata uang asing yang timbul sehubungan dengan transaksi modal,
harus dibukuan sebagai bagian dari modal dalam akun selisih kurs atas modal disetor dan bukan merupakan unsur laba
rugi.
3.
Besarnya tagihan yang timbul atau hutang
yang dikonversikan menjadi modal;
4.
Setoran saham dalam dividen saham dilakukan
dengan harga wajar saham, yaitu harga pasar tanggal transaksi untuk PT yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek, atau
nilai wajar yang disepakati Rapat Umum Pemegang Saham untuk saham yang tidak
ada harga pasarnya.
5.
Nilai wajar aktiva bukan kas yang diterima;
6.
Setoran saham dalam bentuk barang (inbreng), menggunakan nilai wajar aktiva
bukan kas yang diserahkan, yaitu nilai appraisal tanggal transaksi yang
disetujui Dewan Komisaris untuk PT yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek, atau
nilai kesepakatan Dewan Komisaris dan penyetor barang.
Pencatatan
pengurangan modal disetor lazimnya dicatat berdasarkan:
1.
Jumlah uang yang dibayarkan; atau
2.
Besarnya hutang yang timbul; atau
3.
Nilai wajar aktiva bukan kas yang
diserahkan.
Pengeluaran
saham dicatat sebesar nilai nominal yang bersangkutan. Bila jumlah yang
diterima dari pengeluaran saham tersebut lebih besar dari pada nilai
nominalnya, selisih yang terjadi dibukukan pada akun agio saham.
Bila
ketentuan hukum yang ada memungkinkan penarikan kembali saham yang telah
dikeluarkan, maka pencatatan transaksi ini dilakukan dengan mendebit akun modal saham dan mengkredit modal saham yang diperoleh kembali
sebesar jumlah yang dibukukan pada saat perolehan kembali saham yang
bersangkutan.
Saham
yang dikeluarkan sehubungan dengan penyertaan modal dalam bentuk penyerahan
aktiva bukan kas atau pemberian jasa umumnya dinilai sebesar nilai wajar
aktiva/jasa tersebut atau nilai wajar saham yang bersangkutan, tergantung mana
yang lebih jelas.
Berikut
ini contoh dari laporan perubahan ekuitas pemilik:
PT
Konmuter
Laporan
Perubahan Ekuitas Pemilik
Untuk
periode yang berakhir 31 Desember 2002
(dalam
rupiah)
Modal, 1
Desember 2002
|
|
0
|
Investasi pada 1
Desember 2002
|
15.000
|
|
Laba bersih
bulan Desember 2002
|
3.050
|
|
|
18.050
|
|
Dikurangi
penarikan
|
2.000
|
|
Kenaikan
ekuitas pemilik
|
|
16.050
|
Modal akhir,
31 Desember 2002
|
|
16.050
|
PSAK
No. 1 (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002) memberikan ilustrasi perubahan ekuitas
sebagai berikut:
PT
XYZ dan Anak Perusahaan
Laporan
Perubahan Ekuitas
Untuk
tahun yang Berakhir 31 Desember 19-2
(dalam
ribuan rupiah)
|
Modal Saham
|
Agio Saham
|
Selisih Revaluasi
|
Selisih Kurs
|
Saldo Laba
|
Jumlah
|
Saldo
per 31/12/19-0
|
X
|
X
|
X
|
(X)
|
X
|
X
|
Perubahan
kebijakan akuntansi
|
-
|
-
|
-
|
-
|
(X)
|
(X)
|
Saldo
yang disajikan kembali
|
X
|
X
|
X
|
(X)
|
X
|
X
|
Selisih
revaluasi aktiva tetap
|
|
|
X
|
|
|
X
|
Laba
Rugi belum direalilsasi dari pemilkan efek
|
|
|
(X)
|
|
|
(X)
|
Selisih
kurs
|
|
|
|
(X)
|
|
(X)
|
Keuntungan.kerugian
neto yang tidak diakui pada laporan laba rugi
|
|
|
X
|
(X)
|
|
X
|
Laba
bersih periode berjalan
|
|
|
|
|
X
|
X
|
Dividen
|
|
|
|
|
(X)
|
(X)
|
Penempatan
modal saham
|
X
|
X
|
|
|
|
X
|
Saldo
per 31/12/19-1
|
X
|
X
|
X
|
(X)
|
X
|
X
|
Selisih
revaluasi aktiva tetap
|
|
|
(X)
|
|
|
(X)
|
Laba
Rugi belum direalisasi dari pemilikan efek
|
|
|
X
|
|
|
X
|
Selisih
kurs
|
|
|
|
(X)
|
|
(X)
|
Keuntungan.kerugian
neto yang tidak diakui pada laporan laba rugi
|
|
|
(X)
|
(X)
|
|
(X)
|
Laba
bersih periode berjalan
|
|
|
|
|
X
|
X
|
Dividen
|
|
|
|
|
(X)
|
(X)
|
Penempatan
modal saham
|
X
|
X
|
|
|
|
X
|
Saldo
per 31/12/19-2
|
X
|
X
|
X
|
(X)
|
X
|
X
|
C. LAPORAN NERACA
Perusahaan perlu membuat neraca
sebagai laporan pihak manajemen kepada pemilik atas asset yang dipercayakan
kepadanya dan kepada pengguna lainnya. Neraca merupakan rangkaian dari laporan
keuangan yang dibuat setelah manajemen membuat laporan perubahan ekuitas
pemilik. Tanpa neraca pengguna laporan keuangan tidak dapat memperoleh
informasi keadaan finansial perusahaan karena pada dasarnya neraca disusun
berdasarkan informasi yang berasal dari saldo buku besar. Pengguna laporan
keuangan juga tidak dapat membaca laporan keuangan secara parsial tanpa
menghubungkan antara laporan keuangan yang satu dengan laporan keuangan yang
lain. Oleh karenanya, neraca dibuat berdasarkan data-data akuntansi (saldo buku
besar) yang benar dan laporan neraca harus disertai dengan laporan-laporan
lainnya.
Pada
dasarnya neraca disusun berdasarkan persamaan dasar akuntansi sebagai berikut:
Aktiva
= Hutang + Modal
Aktiva
menunjuk pada penggunaan dana, sementara hutang dan modal merupakan sumber
dana. Dana / modal perusahaan secara umum dapat berasal dari hutang kepada pihak eksternal perusahaan dan hutang
kepada pihak internal perusahaan. hutang kepada pihak eksternal perusahaan
dalam akuntansi digolongkan menjadi dua yaitu hutang jangka pendek dan hutang
jangka panjang. Sementara, hutang kepada pihak internal perusahaan dalam
akuntansi disebut sebagai modal. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut pada Bab
ini.
Tujuan neraca adalah menunjukkan
posisi keuangan perusahaan pada periode tertentu, biasanya satu tahun. Hal ini
sesuai dengan prinsip going concern.
Perusahaan harus membagi-bagi periode yang tidak pasti (seumur hidup
perusahaan) ke dalam periode yang lebih pendek. Lebih lanjut tujuan pembuatan
neraca adalah untuk mengetahui perkembangan finansial perusahaan dan
pengendalian perusahaan. perusahaan perlu mengetahui perkembangan setiap peride
agar pimpinan perusahaan dapat mengambil kebijakan-kebijakan yang diperlukan
untuk kemajuan perusahaan (kemakmuran prinsipal, seluruh masyarakat). Apabila
terjadi penyimpangan-penyimpangan, maka dengan cepat pimpinan perusahaan dapat
segera mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan (pengendalian).
Laporan
neraca dibuat setelah perusahaan membuat laporan laba rugi dan laporan
perubahan ekuitas pemilik dan melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan,
menutup rekening laba rugi ke rekening neraca.
Ikatan
Akuntan Indonesia (2002) dalam PSAK No. 1 menyatakan:
neraca
perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur posisi
keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Neraca, minimal mencakup
pos-pos berikut:
1.
aktiva berwujud / aktiva lancar, dijelaskan
lebih lanjut dalam PSAK No. 9
2.
aktiva tidak berwujud, dijelaskan lebih
lanjut dalam PSAK No 16 dan 19
3.
aktiva keuangan
4.
investasi yang diperlukan menggunakan
metoda ekuitas, dijelaskan lebih lanjut dalam PSAK No 13 dan 15
5.
persediaan, dijelaskan lebih lanjut dalam
PSAK No 14
6.
piutang usaha dan piutang lainnya
7.
kas dan setara kas
8.
hutang usaha dan utang lainnya
9.
kewajiban yang diestimasi
10.
kewajiban berbunga jangka panjang
11.
hak minoritas; dan
12.
modal saham dan pos ekuitas lainnya,
dijelaskan lebih lanjut dalam PSAK No 21
Ada dua bentuk
laporan neraca, yaitu skontro dan stafel. Perbedaan kedua bentuk tersebut
adalah pada susunan rekening. Bentuk skontro rekening-rekening aktiva disusun
pada sisi kiri dan rekening-rekening kewajiban disusun pada sisi kanan.
Sedangkan bentuk stafel rekening-rekening aktiva diletakkan pada bagian atas
selanjutnya diikuti rekening-rekening kewajiban. Untuk memperjelas perbedaan
kedua bentuk tersebut, dapat dilihat pada akhir bab ini.
Secara umum,
komponen-komponen yang ada di neraca dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.
Aktiva lancar
Suatu aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva lancar
apabila aktiva tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki
untuk dijual atau digunakan dalam jangka waktu siklus operasi normal
perusahaan; atau
b)
Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk
tujuan jangka pendek dan diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12
bulan dari tanggal neraca; atau
c)
Berupa kas atau setara kas yang
penggunaannya tidak dibatasi
Beberapa contoh aktiva yang dapat diklasifikasikan
sebagai aktiva lancar:
a)
Kas
Kas
terdiri dari saldo kas (cash on-hand)
dan rekening giro. Sementara setara kas didefinisikan sebagai investasi yang
sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan
kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang
signifikan. (kurang dari tiga bulan)
b)
Piutang dagang
Aktiva
ini timbul sebagai akibat perusahaan menjual barang/jasa secara kredit.
c)
Persediaan
Persediaan
ini diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih
rendah. Biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya konvesi dan
biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang
siap untuk dijual atau dipakai.
d)
Surat berharga / efek (investasi jangka
pendek)
Hal yang membedakan investasi jangka pendek dan jangka
panjang adalah pada tujuan dilakukannya investasi tersebut. Investasi jangka
pendek bertujuan untuk memanfaatkan dana yang menganggur. Sedangkan investasi
jangka panjang bertujuan untuk menguasai perusahaan lain.
Investasi diklasifikasikan sebagai aktiva lancar harus
dicatat dalam neraca pada nilai terendah antara biaya dan nilai pasar.
2.
Investasi jangka panjang
Investasi yang diklasifikasikan sebagai aktiva tidak
lancar harus dicatat dalam neraca berdasarkan biaya perolehan, kecuali jik
aharga pasar ivestasi jangka panjang menunjukkan penurunan nilai di bawah biaya
perolehan secara signifikan dan permanen, perlu dilakukan penyesuaian atas
nilai investasi tersebut. Penilaian dalam hal ini dilakukan untuk masing-masing
investasi secara individual.
Contoh aktiva yang dapat dikelompokkan sebagai
investasi jangka panjang adalah penyertaan.
3.
Aktiva tidak lancar
Suatu aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva tidak
lancar apabila aktiva tersebut tidak memiliki ciri seperti yang disebut pada
aktiva lancar. Aktiva tidak lancar ini dibedakan menjadi dua yaitu aktiva tidak
lancar berwujud dan aktiva tidak lancar tidak berwujud.
Contoh aktiva yang diklasifikasikan sebagai aktiva
tidak lancar antara lain:
a)
Kendaraan
b)
Bangunan
c)
Mesin
d)
Peralatan
e)
Tanah
f)
Hak paten
g)
Goodwill
h)
Aktiva yang masih dalam pembangunan
i)
Beban yang ditangguhkan
4.
Kewajiban lancar
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka pendek, jika:
a)
diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka
waktu siklus normal operasi perusahaan; atau
b)
jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas
bulan dari tanggal neraca
contoh kewajiban yang termasuk dalam klasifikasi
kewajiban jangka pendek adalah:
a)
Hutang dagang
b)
Hutang bank
c)
Hutang gaji
d)
Hutang dividen
e)
Hutang jangka panjang yang jatuh temponya
kurang dari 12 bulan
5.
Kewajiban jangka panjang
Suatu kewajiban dikatakan kewajiban jangka panjang
apabila kewajiban tersebut tidak memenuhi karakteristik yang ada pada kewajiban
jangka pendek
6.
Ekuitas
Perusahaan mengungkapkan hal-hal berikut di neraca atau
di catatan atas laporan keuangan:
a)
Untuk setiap jenis saham
1)
jumlah saham modal dasar
2)
jumlah saham yang diterbitkan dan disetor
penuh
3)
nilai nominal saham
4)
ikhtisar perubahan jumlah saham beredar
5)
hak, keistimewaan, dan pembatasan yang
melekat pada setiap jenis saham termasuk pembatasan atas dividen dan pembayaran
kembali atas modal
6)
saham perusahaan yang dikuasai oleh
perusahaan itu sendiri atau oleh anak perusahaan atau perusahaan asosiasi; dan
7)
saham yang dicadangkan untuk hak opsi dan
kontrak penjualan, termasuk nilai dan persyaratannya.
b)
penjelasan mengenai sifat dan tujuan pos
cadangan dalam ekuitas
c)
penjelasan apakah dividen yang diusulkan
tapi secara resmi belum disetujui untuk dibayarkan telah diakui atau tidak
sebagai kewajiban dan
d)
jumlah dividen saham preferen kumulatif
yang belum diakui
PSAK
mengatur bahwa minimal yang disajikan dalam neraca mencakup hal-hal sebagai berikut:
1.
Aktiva berwujud
2.
Aktiva tidak berwujud
3.
Aktiva keuangan
4.
Investasi yang diperlakukan menggunakan
metoda ekuitas
5.
Persediaan
6.
Piutang usaha dan piutang lainnya
7.
Kas dan setara kas
8.
Hutang usaha dan hutang lainnya
9.
Kewajiban yang diestimasi
10.
Kewajiban berbunga jangka panjang
11.
Hak minoritas
12.
Modal saham dan pos ekuitas lainnya
Pos,
judul, dan sub jumlah lain disajikan dalam neraca apabila diwajibkan oleh
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau apabila penyajian tersebut
diperlukan untuk menyajikan posisi keuangan perusahaan secara wajar.
Perusahaan harus mengungkapkan
di neraca atau di catatan atas laporan keuangan, sub-klasifikasi pos-pos yang
disajikan, diklasifikasikan dengan cara yang tepat sesuai dengan operasi
perusahaan. Setiap pos di sub-klasifikasikan, jika memungkinkan sesuai dengan
sifatnya; jumlah terutang atau piutang pada perusahaan induk, anak perusahaan,
perusahaan asosiasi dan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa lainnya
diungkapkan secara terpisah.
Neraca dapat
memberikan informasi yang berkaitan
dengan likuiditas, solvabilitas. Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk
membayar hutang-hutangnya. Sementara solvabilitas menunjuk pada kemampuan
perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya apabila perusahaan dilikuidasi. Baik
Likuiditas maupun solvabilitas akan dibahas lebih lanjut pada Bab III.
Bentuk Skontro:
PT ABC
Neraca
Per 31 Desember 2002
(dalam rupiah)
Aktiva
|
Kewajiban
|
Aktiva lancar
|
Kewajiban jangka pendek:
|
Kas dan bank
|
Hutang dagang
|
Piutang dagang
|
Hutang bunga
|
Persediaan
|
Hutang pajak penghasilan
|
Aktiva tidak lancar
|
Kewajiban
jangka menengah
|
Kendaraan
|
Leasing
|
Penyusutan kendaraan
|
Kewajiban
jangka panjang
|
Mesin
|
Hutang obligasi
|
Penyusutan mesin
|
Hutang hipotek
|
Bangunan
|
Modal sendiri
|
Penyusutan bangunan
|
Saham preferen
|
Tanah
|
Saham biasa
|
|
Agio/disagio
|
|
Laba
yang ditahan
|
Total Aktiva
|
Total
Kewajiban
|
Bentuk stafel:
PT ABC
Neraca
Per 31 Desember 2002
(dalam rupiah)
Aktiva
Aktiva Lancar:
Kas
dan bank
Piutang
dagang
Persediaan
Aktiva tidak
lancar:
Kendaraan
Penyusutan
kendaraan
Mesin
Penyusutan
mesin
Bangunan
Penyusutan
bangunan
Tanah
Total Aktiva
Kewajiban
Kewajiban jangka pendek:
Hutang dagang
Hutang bunga
Hutang pajak penghasilan
Kewajiban jangka
menengah
Leasing
Kewajiban jangka
panjang
Hutang obligasi
Hutang hipotek
Modal sendiri
Saham preferen
Saham biasa
Agio/disagio
Laba
yang ditahan
Total Pasiva
D. LAPORAN ARUS KAS
Laporan
arus kas pada dasarnya merupakan laporan atas hasil dan penggunaan kas dan
setara kas. Banyak aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, membayar gaji,
membayar utang, melakukan pembelian, memproduksi, melakukan investasi dan
sebagainya. Semua kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan membutuhkan biaya
baik kas dan setara kas maupun non kas. Kegiatan perusahaan yang membutuhkan
kas dirangkum dalam laporan arus kas.
FASB dan Ikatan Akuntan Indonesia mensyaratkan bahwa
perusahaan perlu membuat laporan arus kas, karena laporan tersebut memberikan
manfaat bagi pengguna laporan keuangan. Laporan arus kas tersebut dibuat
bersamaan dengan laporan keuangan yang lainnya (laba rugi, perubahan ekuitas
pemilik, neraca). Berbagai penelitian juga menunjukkan bukti bahwa laporan
keuangan mempunyai kandungan informasi. Laporan arus kas memberikan informasi
yang lebih pada laporan keuangan perusahaan. Bahkan rasio-rasio arus kas
mempunyai daya prediksi yang lebih baik dan lebih reliabel dari pada
rasio-rasio neraca (Mills dan Yamamura, 1998; Karsono, Yosef Widya, 2001).
Rasio-rasio yang bersumber dari neraca (selanjutnya
diungkap dengan rasio-rasio neraca) dapat misleading.
Hal ini terbukti bahwa banyak perusahaan yang memiliki rasio-rasio neraca baik
tetapi perusahaan-perusahaan tersebut gulung tikar. Penelitian lebih lanjut
menunjukkan bahwa ternyata perusahaan-perusahaan yang bangkrut tersebut
memiliki rasio-rasio arus kas negatif. Rasio-rasio arus kas yang negatif
menyebabkan kas yang ada di perusahaan semakin sedikit (turun). Turunnya kas
menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar kewajiban yang seharusnya
dibayarkan. Ini dapat dijelaskan lebih lanjut dengan contoh sebagai berikut:
Misalkan suatu perusahaan mempunyai aktiva lancar Rp
1.000,- dan hutang lancar sebesar Rp 500,-. Dari data tersebut dapat diketahui
bahwa perusahaan mempunyai current ratio
sebesar 200%. Rasio current sebesar
200% ini mempunyai arti bahwa Rp 2,- aktiva lancar digunakan untuk menanggung
Rp 1,- hutang lancar. Karena perbandingan antara aktiva lancar dan hutang
lancar 2 : 1, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut likuid (ditinjau
dari sisi current rationya).
Kelikuidan perusahaan tersebut tidak berarti apa-apa apabila perusahaan tidak
bisa membayar hutangnya secara tunai. Hal ini bisa terjadi apabila jumlah kas
yang dimiliki oleh perusahaan relatif sedikit dari pada hutangnya. Katakanlah
jumlah kas yang tertera di neraca Rp 100,-, jumlah kas ini tidak dapat
digunakan untuk menutup hutang perusahaan yang jumlahnya Rp 500,-. Tentu saja
perusahaan berharap bahwa piutang yang dimilikinya dapat segera tertagih dan
persediaan yang ada dapat segera terjual. Namun apabila harapan tersebut tidak
nyata, perusahaan mau tidak mau harus mencari sumber dana lain, mungkin berasal
dari hutang atau pemilik.
Ditinjau dari manajemen keuangan, apabila perusahaan
berhutang dan hutangnya digunakan untuk menutup hutang, maka tidak dapat
dibenarkan. Hutang dapat dibenarkan apabila ditujukan untuk kegiatan produktif.
Di lain pihak, apabila sumber dana tersebut berasal dari pemilik, pemilik yang
rasional seharusnya berpikir ulang untuk menanamkan dananya pada perusahaan.
Apabila perusahaan membuat laporan arus kas, maka
pengguna akan lebih mengetahui kegunaan kas yang ada di dalam perusahaan.
Berapa bagian yang digunakan untuk operasi, berapa bagian yang digunakan untuk
pendanaan, dan berapa bagian yang digunakan untuk investasi. Pengguna laporan
keuangan dapat menilai apakah perusahaan tepat dalam menggunakan kas yang
dimilikinya. Pengguna laporan keuangan perusahaan dapat secara langsung melihat
pada bottom line. Apakah kas yang
dihasilkan dan digunakan perusahaan pada periode tersebut negatif atau positif.
Apabila arus kas negatif menunjukkan bahwa pengeluaran kas (baik operasi,
investasi, ataupun pendanaan) lebih besar dari pada pemasukan (hasil yang
diperoleh dari aktivitas operasi, investasi, ataupun pendanaan).
Dari contoh di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
rasio-rasio neraca dapat mengakibatkan misleading
dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu untuk mengurangi misleading, perlu ada rasio-rasio yang
lain selain rasio-rasio neraca. Dari arus kas dapat diperoleh beberapa rasio
yang dapat digunakan untuk mengetahui kesehatan perusahaan.
KOMPONEN ARUS KAS
Seperti telah disebutkan di atas, aktivitas
perusahaan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu aktivitas operasi, aktivitas
pendanaan dan aktivitas investasi.
Jumlah kas yang berasal dari aktivitas
operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya
perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman,
memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakkukan
investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. (PSAK No.2, IAI,
2002). Contoh arus kas yang berasal dari aktivitas operasi adalah:
1.
Penerimaan kas dari penjualan barang dan
jasa
2.
Penerimaan dari royalty, fees, komisi, dan
pendapatan lain
3.
Pembayaran kas kepada pemasok barang dan
jasa
4.
Pembayaran kas kepada karyawan
5.
Penerimaan dan pembayaran kas oleh
perusahaan asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat
asuransi lainnya
6.
Pembayaran kas atau penerimaan kembali
(restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara
khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi
7.
Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak
yang diadakan untuk tujuan transaksi.
Aktivitas pendanaan melaporkan
transaksi kas yang berhubungan dengan investasi oleh pemilik, peminjaman dana,
dan pengambilan uang oleh pemilik. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari
aktivitas pendanaan adalah:
1.
Penerimaan kas dari emisi saham atau
instrumen modal lainnya;
2.
Pembayaran kas kepada para pemegang saham
untuk menarik atau menebus saham perusahaan
3.
Penerimaan kas dari emisi obligasi,
pinjaman, wesel, hipotik, dan pinjaman lainnya
4.
Pelunasan pinjaman
5.
Pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (lessee) untuk mengurangi saldo kewajiban
yangberkaitan dengan sewa guna usaha pembiayaan (financial lease)
Aktivitas investasi
melaporkan transaksi kas untuk pembelian atau penjualan aktiva tidak lancar.
Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi antara lain:
1.
Pembayaran kas untuk membei aktiva tetap,
aktiva tak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain, termasuk biaya
pengembangan yang dikapitalisasi dan aktiva tetap yang dibangun sendiri.
2.
Penerimaan kas dari penjualan tanah,
bangunan dan peralatan, aktiva tidak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain
3.
Perolehan saham atau instrumen keuangan
perusahaan lain
4.
Uang muka danpinjaman yang diberikan kepada
pihak lain serta pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan)
5.
Pembayaran kas sehubungan dengan future contract, forward contracts, option
contracts, dan swap contracts
kecuali apabila kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan (dealing or trading) atau apabila
pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.
Ada
dua metoda yang digunakan untuk menyusun
arus kas. Metoda tersebut adalah metoda langsung dan metoda tidak langsung.
Dalam metoda tidak langsung, Dalam metoda langsung, rekening-rekening yang
berhubungan (mempengaruhi) net income
terlebih dahulu disesuaikan. Penyesuaian ini dilakukan karena pencatatan
transaksi perusahaan menggunakan metoda accrual
basis, sementara di dalam laporan arus kas metoda yang digunakan adalah cash basis. Berikut ini disajikan
pelaporan kedua metoda tersebut. Perbedaan antara penerimaan kas dan pembayaran
yang berhubungan dengan aktivitas operasi menghasilkan kas bersih dari kegiatan
operasi. Keuntungan metoda langsung adalah metoda ini menyajikan laporan
penerimaan kas dan pengeluaran kas, sehingga dipandang konsisten dengan tujuan
dari pelaporan arus kas itu sendiri, yaitu memberikan informasi tentang
penerimaan dan pengeluaran kas.
Metoda
tidak langung diawali dengan net income
dan disesuaikan terhadap
rekening-rekening yang mempengaruhi net
income tetapi tidak mempengaruhi kas operasi. Sebagai contoh: depresiasi,
amortisasi, gain & loss yang
berasal dari aktivitas pendanaan dan investasi. Keuntungan dari metoda tidak
langsung adalah metoda ini lebih menfokuskan menjelaskan perbedaan antara net income dengan net cash flow hasil kegiatan operasional. Metoda ini juga
menjelaskan hubungan antara neraca, net
income, net cash flow. Dalam praktek metoda ini yang sering digunakan untuk
menyusun laporan arus kas.
Metoda Langsung
PT ABC
Laporan Arus Kas
Tahun yang berakhir
31 Desember 20-2
(dalam rupiah)
Arus kas dari Aktivitas Operasi
|
|
|
Penerimaan kas dari pelanggan
|
30.150
|
|
Pembayaran kas kepada pemasik dan
karyawan
|
(27.600)
|
|
Kas yang dihasilkan operasi
|
2.550
|
|
Pembayaran bunga
|
(270)
|
|
Pembayaran pajak penghasilan
|
(900)
|
|
Arus kas sebelum pos luar biasa
|
1.380
|
|
Hasil dari asuransi karena gempa bumi
|
180
|
|
Arus kas bersih dari aktivitas operasi
|
|
1.560
|
Arus kas dari aktivitas investasi |
|
|
Perolehan anak perusahaan X dengan kas
(catatan A)
|
(550)
|
|
Pembelian tanah, bangunan dan peralatan
(catatan B)
|
(350)
|
|
Hasil dari penjualan peralatan
|
20
|
|
Penerimaan bunga
|
200
|
|
Penerimaan dividen
|
200
|
|
Arus kas bersih yang digunakan untuk
aktivitas investasi
|
|
(480)
|
Arus kas dari aktivitas pendanaan |
|
|
Hasil dari penerbitan modal saham
|
250
|
|
Hasil dari pinjaman jangka panjang
|
250
|
|
Pembayaran hutang sewa guna usaha
keuangan
|
(90)
|
|
Pembayaran dividen*
|
(1.200)
|
|
Arus kas
bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan
|
|
(790)
|
Kenaikan
bersih kas dan setara kas
|
|
290
|
Kas dan setara
kas pada awal periode (catatan C)
|
|
120
|
Kas dan setara
kas pada akhir periode
|
|
410
|
* dapat juga dilaporkan sebagai
arus kas operasi
Metoda Tidak Langsung
PT ABC
Laporan Arus Kas
Tahun yang berakhir
31 Desember 20-2
Arus kas dari Aktivitas Operasi
|
|
|
Laba bersih
sebelum pajak dan pos luar biasa
|
3.350
|
|
Penyesuaian
untuk:
|
|
|
Penyusutan
|
450
|
|
Kerugian selisih kurs
|
40
|
|
Penghasilan investasi
|
(500)
|
|
Beban bunga
|
400
|
|
Laba operasi
sebelum perubahan modal kerja
|
3.740
|
|
Kenaikan piutang dagang dan piutang
lain
|
(500)
|
|
Penurunan persediaan |
1.050
|
|
Penurunan hutang dagang
|
(1.740)
|
|
Kas dihasilkan
dari operasi
|
2.550
|
|
Pembayaran
bunga
|
(270)
|
|
Pembayaran
pajak penghasilan
|
(900)
|
|
Arus kas
sebelum pos luar biasa
|
1.380
|
|
Hasil dari
penyelesaian asuransi gempa bumi
|
180
|
|
Arus kas bersih dari aktivitas operasi |
|
1.560
|
Arus kas dari aktivitas investasi |
|
|
Perolehan anak
perusahaan X dengan kas (catatan A)
|
(550)
|
|
Pembelian
tanah, bangunan, dan peralatan (catatan B)
|
(350)
|
|
Hasil dari
penjualan peralatan
|
20
|
|
Penerimaan
bunga
|
200
|
|
Penerimaan
dividen
|
200
|
|
Arus kas
bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi
|
|
(480)
|
Arus kas dari aktivitas pendanaan |
|
|
Hasil dari penerbitan modal saham |
250
|
|
Hasil dari pinjaman jangka panjang |
250
|
|
Pembayaran hutang sewa guna usaha keuangan |
(90)
|
|
Pembayaran dividen* |
(1200)
|
|
Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan |
|
(790)
|
Kas bersih kas dan setara kas |
|
290
|
Kas dan setara kas pada awal periode (catatan c) |
|
120
|
Kas dan setara kas pada akhir periode |
|
410
|
Catatan atas Laporan Arus Kas
(metoda langsung dan metoda tidak
langsung)
A.
Perolehan Anak Perusahaan
Selama
periode ini perusahaan membeli anak perusahaan X. nilai wajar dari aktiva yang
diperoleh dan kewajiban diasumsikan sebagai berikut:
|
Dalam
rupiah
|
Kas
|
40
|
Persediaan
|
100
|
Piutang
Dagang
|
100
|
Tanah,
Bangunan, dan Peralatan
|
650
|
Hutang
Dagang
|
(100)
|
Hutang
jangka panjang
|
(200)
|
Total
harga beli
|
590
|
Dikurangi:
kas dari X
|
(40)
|
Arus
kas dari perolehan anak perusahaan
|
550
|
B.
Tanah, Bangunan, dan Peralatan
Selama
periode ini, perusahaan memperoleh tanah, bangunan dan peralatan dengan nilai
total Rp 1.250 dimana Rp 900 diantaranya diperoleh melalui sewa guna usaha
keuangan. Pembayaran kas untuk perolehan ini adalah Rp 350.
C.
Kas dan Setara Kas
Kas
dan setara kas terdiri dari kas di tangan dan saldo bank, serta investasi dalam
instrumen pasar uang. Kas dan setara kas dalam laporan arus kas meliputi
jumlah-jumlah dalam neraca berikut ini:
|
20-8
|
20-9
|
Kas
dan Bank
|
40
|
25
|
Investasi
jangka pendek
|
370
|
135
|
Kas
dan setara kas yang dilaporkan sebelumnya
|
410
|
160
|
Pengaruh
perubahan nilai tukar valuta
|
-
|
(40)
|
Kas
dan setara kas setelah dinyatakan kembali
|
410
|
120
|
Kas
dan setara kas pada akhir periode meliputi rekening deposito bank sebanyak Rp
100 yang dipegang oleh anak perusahaan dan tidak dapat digunakan dengan bebas
oleh holding company karena adanya
pembatasan arus valuta.
Kelompok
perusahaan ini mempunyai fasilitas pinjaman untuk ekspansi di masa depan
D.
Informasi Segmen
|
Dalam
rupiah
|
||
|
Segmen
A
|
Segmen
B
|
Total
|
Arus
kas dari
|
1.700
|
(140)
|
1.560
|
Aktivitas
operasi
|
(640)
|
160
|
(480)
|
Aktivitas
investasi
|
(570)
|
(220)
|
(790)
|
Aktivitas
pendanaan
|
490
|
200
|
290
|
Alternatif Penyajian
(metoda tidak langsung)
Sebagai
alternatif, dalam laporan arus kas dengan metoda tidak langsung, laba operasi
sebelum perubahan modal kerja kadang-kadang disajikan sebagai berikut (dalam
rupiah):
Pendapatan
di luar pendapatan investasi
|
30.650
|
Biaya
operasi di luar penyusutan
|
(26.910)
|
Laba
operasi sebelum perubahan modal kerja
|
3.740
|
Daftar Bacaan
Ikatan Akuntans Indonesia, 2002, Standar Akuntansi
Keuangan, penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Niswonger, Warren, Reeve, Fess, 1999, Prinsip-prinsip
Akuntansi, Penerbit Erlangga, Jakarta
Karsono, Yosef Widya, 2001, Laporan Arus Kas
Sebagai Alat untuk Menganalisa Kesehatan Perusahaan, Antisipasi, Volume 5, No.1
Mills, John R., dan Yamamura, Jeanne H., 1998, The Power of Cash Flow Ratios, Journal of Accountancy, October, Vol 186, No.4
Latihan
1.
Tunjukkanlah
keterkaitan antara laporan laba rugi, laporan ekuitas pemilik, laporan neraca
dan laporan arus kas.
2.
Berikan contoh
keterkaitan antara laporan laba rugi, laporan ekuitas pemilik, laporan neraca
dan laporan arus kas.
3.
Jelaskan arti
pentingnya laporan laba rugi
4.
Sebutkan definisi laba
rugi
5.
Sebutkan
komponen-komponen yang menyusun laporan laba rugi
6.
Berikan contoh
bentuk-bentuk laporan laba rugi
7.
Jelaskan arti
pentingnya laporan perubahan ekuitas pemilik
8.
Sebutkan
komponen-komponen yang ada dalam laporan perubahan ekuitas pemilik
9.
Buatlah laporan
perubahan ekuitas pemilik apabila disediakan data
10. Jelaskan arti pentingnya neraca
11. Jelaskan karakteristik neraca
12. Jelaskan komponen-komponen yang ada di dalam neracar
13. Buatlah contoh bentuk-bentuk neraca
14. Jelaskan arti penting arus kas
15. Jelaskan komponen-komponen yang menyusun laporan arus kas
16. Buat laporan arus kas menurut metoda langsung dan metoda
tidak langsung
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !