LAPORAN KEUANGAN II - watermark
Headlines News :
Home » » LAPORAN KEUANGAN II

LAPORAN KEUANGAN II

Written By Unknown on Senin, 29 Oktober 2012 | 06.30


Text Box: BAB II
LAPORAN KEUANGAN
 



Setiap akhir periode akuntansi, perusahaan diwajibkan membuat laporan keuangan. Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan, minimal terdiri dari laporan perubahan modal, laporan laba rugi, dan laporan neraca. Akhir-akhir ini perusahaan juga diminta untuk membuat laporan arus kas karena laporan arus kas memberikan tambahan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.
Dalam teori agensi dinyatakan bahwa manajemen (sebagai agen) diminta membuat laporan keuangan sebagai pertanggungjawabannya kepada prinsipal atas aset perusahaan yang dipercayakan oleh prinsipal kepada agen. Secara ringkas teori agensi dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pada waktu perusahaan masih kecil, semua urusan yang menyangkut perusahaan tersebut dapat ditangani sendiri oleh pemiliknya dengan dibantu (mungkin) oleh beberapa orang. Kegiatan yang dimiliki perusahaan masih relatif kecil (sedikit) sehingga penanganannya tidak memerlukan banyak orang. Ukuran besar kecilnya perusahaan dapat dilihat dari struktur organisasi, jumlah pegawai, pangsa pasar, omset perusahaan, modal, dan sebagainya.
Semakin lama perusahaan semakin besar, maka pemilik tidak dapat menangani perusahaan sendiri. Struktur organisasi perusahaan semakin berkembang, jumlah pegawai perusahaan semakin banyak, perusahaan dapat menguasai sebagian pangsa pasar, modal perusahaan semakin besar dan sebagainya. Sebagian pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh pemilik diserahkan kepada orang yang dipercaya karena pemilik tidak dapat menangani sendiri. Bahkan dimungkinkan seluruh urusan perusahaan dipercayakan kepada orang lain. Orang yang dipercaya oleh pemilik untuk mengelola perusahaan disebut agen (agent) sedangkan pemilik disebut prinsipal (principal).
Sebagai pertanggungjawaban atas kepercayaan yang telah diberikan prinsipal kepada agen, maka agen membuat laporan yang berkaitan dengan kemajuan perusahaan. laporan kemajuan perusahaan tersebut tercermin dalam laporan keuangan yang dibuat setiap periode akuntansi.
Disisi lain, berdasarkan atas pertanggungjawaban agen dalam bentuk laporan keuangan, pemilik memberikan penghargaan atas kinerja yang telah dicapai oleh agen. Agen dikatakan dapat memiliki kinerja yang baik apabila agen dapat memberikan kemakmuran kepada prinsipal. Semakin besar kemakmuran yang diperoleh prinsipal maka semakin baik kinerja agen.
Prinsipal dalam hal ini adalah mereka yang memiliki modal. Dalam laporan keuangan tercermin dalam kelompok modal sendiri. Sementara mereka yang tergolong pada kelompok modal asing bukan sebagai pemilik perusahaan. Agen dalam hal ini adalah mereka yang biasanya menduduki jajaran manajemen perusahaan.
                Menurut PSAK No. 1 (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002) tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kienrja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi:
1.       aktiva
2.       kewajiban
3.       ekuitas
4.       pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
5.       arus kas.     
Laporan keuangan pada umumnya terdiri dari lima komponen yang meliputi: laporan laba rugi, laporan ekuitas pemilik (perubahan modal), neraca, dan laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan. Pada bab berikutnya, secara berturut-turut, akan dibicarakan laporan laba rugi, laporan neraca dan laporan arus kas. Pembahasan tersebut akan berkaitan dengan elemen-elemen yang menyusun laporan keuangan.
                Laporan keuangan disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha. Setiap perusahaan berkeinginan perusahaannya terus menerus berkembang. Jarang (atau bahkan tidak ada) perusahaan yang didirikan hanya untuk sesaat saja. Karena perusahaan berdiri dan diharapkan terus berdiri, maka perkembangan perusahaan perlu diketahui secara baik. Hal ini dapat terwujud apabila setiap periode perusahaan membuat laporan keuangan.
                Perlu diketahui juga bahwa perusahaan membuat laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas. Dalam akuntansi akrual, aktiva, kewajiban, ekuiti, penghasilan dan beban diakui pada saat kejadian bukan saat kas atau setara kas diterima dan dicatat serta disajikan dalam laporan keuangan pada periode terjadinya. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang ditimbulkan dengan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses yang biasanya disebut pengkaitan biaya dengan pendapatan (matching concept) melibatkan secara bersamaan atau gabungan penghasilan dan beban yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama dari transaksi atau peristiwa lain yang sama. Misalnya berbagai komponen beban yang membentuk harga pokok penjualan diakui pada saat yang sama dengan pengakuan penghasilan yang diperoleh dari penjualan barang yang bersangkutan. Namun demikian penggunaan konsep matching tidak memperkenankan pengakuan pos dalam neraca yang tidak memenuhi kriteria pengakuan aktiva dan kewajiban. Beban segera diakui dalam laporan laba-rugi kalau pengeluaran tidak menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau sepanjang manfaat ekonomi masa depan tidak lagi memenuhi syarat untuk diakui dalam neraca sebagai aktiva. (Ikatan Akuntan Indonesia,2000)
Dalam PSAK No. 1, paragraf 34, dikemukakan bahwa setiap komponen laporan keuangan harus diidentifikasi secara jelas. Disamping itu, informasi berikut ini disajikan dan diulangi, bilamana perlu, pada setiap halaman laporan keuangan:
1.       nama perusahaan pelapor, atau identitas lain;
2.       cakupan laporan keuangan, apakah mencakup hanya satu entitas atau beberapa entitas.
3.       Tanggal atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan, mana yang lebih tepat bagi setiap komponen laporan keuangan
4.       Mata uang pelaporan, dan
5.       Satuan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan
Keterkaitan antara laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas pemilik, neraca, dan laporan arus kas nampak pada halaman 14 berikut ini.


PT Konmuter
Laporan laba rugi
Untuk periode yang berakhir 31 Desember 2002
(dalam rupiah)

Pendapatan honor

7.500
Beban operasi


             Beban upah
2.125

             Beban sewa
800

             Beban perlengkapan
800

             Beban utilitas
450

             Beban rupa-rupa
275

Total beban operasi

4.450
Laba bersih

3.050



PT Konmuter
Laporan Perubahan Ekuitas Pemilik
Untuk periode yang berakhir 31 Desember 2002
(dalam rupiah)

Modal, 1 Desember 2002

0
Investasi pada 1 Desember 2002
15.000

Laba bersih bulan Desember 2002
3.050


18.050

Dikurangi penarikan
2.000

Kenaikan ekuitas pemilik

16.050
Modal akhir, 31 Desember 2002

16.050

PT Konmuter
NERACA
Per 31 Desember 2002
(dalam rupiah)

Aktiva
Kewajiban
Kas                                                               5.900
Utang Usaha                                                      400
Perlengkapan                                                   500

Tanah                                                            10.000
Modal                                                           16.050
Total aktiva                                                   16.450
Total kewajiban dan ekuitas                          16.450



PT Konmuter
Laporan Arus Kas
Untuk periode yang berakhir 31 Desember 2002
(dalam rupiah)

Arus kas dari aktivitas operasi
       Kas yang diterima dari pelanggan
       (-)  pembayaran kas untuk beban dan pembayaran kepada kreditor
       Arus kas bersih dari aktivitas operas

7.500

4.600




2.900
Arus kas dari aktivitas investasi
       Pembayaran kas untuk akuisisi tanah


(10.000)
Arus kas dari aktivitas pendanaan
       Kas yang diterima sebagai investasi pemilik
       (-) penarikan kas oleh pemilik
       arus kas bersih dari aktivitas pendanaan

15.000
2.000



13.000
Arus kas bersih dan saldo kas 31 Desember 2002

5.900

A.    LAPORAN LABA RUGI
Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep penandingan (matching concept). Konsep ini diterapkan dengan menandingkan beban dengan pendapatan yang dihasilkan selama periode terjadinya beban tersebut. Laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban-beban yang terjadi. Kelebihan ini disebut laba bersih atau keuntungan bersih (net income atau net profit). Sebaliknya jika beban melebihi pendapatan, maka disebut rugi bersih (net loss).
Dampak dari pendapatan yang dihasilkan dan beban yang terjadi selama periode beroperasinya perusahaan ditunjukkan dalam persamaan kenaikan dan penurunan ekuitas pemilik (modal). Laba bersih untuk periode waktu tertentu mempunyai pengaruh yaitu menaikkan ekuitas pemilik (modal) dalam periode tersebut, dan sebaliknya, apabila terjadi rugi bersih akan menurunkan ekuitas pemilik (modal) dalam periode yang bersangkutan.
Ada dua format yang lazim digunakan untuk menyiapkan laporan laba rugi, yaitu bertahap (multiple step) dan langsung (single step). Laporan laba rugi bertahap memuat beberapa seksi, subseksi, dan sub total. Hal ini tampak pada gambar 2.1. Sedangkan gambar 2.2 menunjukkan laporan laba rugi yang dibuat dengan metoda langsung (single step).
Komponen-komponen yang menyusun laporan laba rugi dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
1.       Pendapatan dari penjualan
Jumlah yang dibebankan kepada pelanggan untuk barang dagang yang dijual, baik secara tunai maupun kredit, dilaporkan pada seksi ini. Retur dan potongan penjualan serta diskon penjualan dikurangkan dari jumlah ini untuk mendapatkan penjualan bersih.
2.       Harga pokok penjualan
Harga pokok atau biaya dari barang dagang yang dijual selam periode tersebut, biasa juga disebut sebagai harga pokok penjualan (cost of goods sold atau cost of sales)
3.       Laba kotor
Kelebihan penjualan bersih terhadap harga pokok barang dagang yang dijual disebut laba kotor (gross porfit). Kadang hal ini disebut sebagai laba kotor atas penjualan (gross profit on sales) atau marjin kotor (gross margin).
4.       Beban operasi
Kebanyakan perusahaan dagang mengklasifikasikan beban operasi sebagai beban penjualan atau beban administrasi. Beban yang timbul secara langsung dalam rangka penjualan barang dagang disebut beban penjualan (selling expenses). Beban ini antara lain meliputi gaji wiraniaga , perlengkapan toko yang digunakan, penyusutan peralatan toko, dan iklan. Beban yang timbul dalam administrasi atau operasi umum perusahaan disebut beban administrasi (administrative expenses) atau beban umum (general expenses). Contoh-contohnya meliputi gaji pegawai kantor, penyusutan peralatan kantor, dan perlengkapatan kantor yang digunakan. Beban kartu kredit lazximnya juga diklasifikasikan sebagai beban administrasi.
        Beban yang terkait dengan penjualan maupun administrasi bisa dibagi di antara kedua klasifikasi tersebut. Namun, pada perusahaan kecil, beban seperti sewa, asuransi, dan pajak  umumnya dilaporkan sebagai beban administrasi. Transaksi yang menyangkut beban dalam jumlah kecil dan jarang terjadi acapkali dilaporkan sebagai penjuala beban rupa-rupa atau beban administrasi rupa-rupa.
5.       Laba dari Operasi
Kelebihan laba kotor terhadap total beban operasi disebut laba dari operasi (income from operations) atau laba operasi (operating income). Rasio atau perbandingan laba operasi terhadap total aktiva dan terhadap penjualan bersih merupakan faktor penting dalam menilai efisiensi dan profitabilitas operasi. Bila beban operasi lebih besar daripada laba kotor, maka kelebihan tersebut disebut kerugian dari operasi (loss from operations).
6.       Pendapatan Lain-lain dan Beban Lain-lain
Pendapatan dari sumber lain di luar aktivitas yang utama disebut pendapatan lain-lain (other income). Untuk perusahaan dagang, hal ini mencakup pendapatan bunga, sewa dan keuntungan dari penjualan aktiva tetap.
        Beban yang tidak dapat dikaitkan langsung dengan operasi disebut beban lain-lain (other expense). Beban bunga yang timbul dari aktivitas pendanaan dan kerugian dalam pelepasan aktiva tetap merupakan contoh dari beban lain-lain. Pendapatan dan beban lain-lain dikurangkan satu sama lain dalam laporan laba rugi. Bila jumlah pendapatanlain-lain melebihi beban lain-lain, maka selisihnya ditambahkan ke laba operasi. Bila hal sebaliknya yang terjadi, selisihnya dikurangkan dari laba operasi.
7.       Laba bersih
Angka terakhir pada laporan laba rugi disebut laba bersih (net income) atau kerugian bersih (net loss). Hal itu merupakan kenaikan bersih (atau penurunan bersih) terhadap ekuitas pemilik sebagai akibat dari aktivitas penciptaan laba selama periode yang bersangkutan.
                PSAK No. 1 mengatur pos-pos yang minimal harus ada di dalam laporan laba rugi. Pos-pos tersebut adalah:
1.       Pendapatan
Penghasilan didefinisikan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Penghasilan meliputi baik pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain). Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang  berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti, dan sewa.
        Masalah utama dalam akuntansi untuk pendapatan adalah menentukan sat pengakuan pendapatan. Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke perusahaan dan manfaat ini dapat diukur dengan andal. Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima
2.       Laba rugi usaha
Laba rugi usaha diperoleh dengan mengurangkan pendapatan dengan harga pokok penjualan. Apabila pendapatan perusahaan lebih besar daripada harga pokok penjualannya disebut laba. Demikian pula sebaliknya apabila pendapatan perusahaan lebih kecil daripada harga pokok penjualannya disebut rugi.
3.       Beban pinjaman
Beban pinjaman terjadi sebagai akibat kejadian atau transaksi yang dilakukan perusahaan sehubungan dengan pinjaman terjadi di masa lalu. Setiap periode tertentu perusahaan berkewajiban mengembalikan pinjaman tersebut.
4.       Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlakukan  menggunakan metoda ekuitas
5.       Beban pajak
6.       Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan
7.       Pos luar biasa
Suatu kejadian atau transaksi dapat diklasifikasikan sebagai pos luar biasa jika memenuhi dua kriteria sebagai berikut:
  1. bersifat tidak normal
kejadian atau transaksi yang bersangkutan memiliki tingkat abnormalitas yang tinggi dan tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan normal perusahaan
  1. tidak sering terjadi
kejadia atau transaksi yang bersangkutan tidak sering terjadi dalam kegiatan normal perusahaan.
         Contoh pos luar biasa adalah gempa bumi.
8.       Hak minoritas
9.       Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan
Berikut ini contoh dari laporan laba rugi dengan menggunakan metoda ganda (multiple step).


Prahara Komputer
Laporan Laba Rugi
Untuk periode yang berakhir 31 Desember 2002
(dalam ribuan rupiah)

Pendapatan dari penjualan




         Penjualan

720.185

         Dikurangi: retur dan potongan penjualan
6.140


                                Diskon penjualan
5.790
11.930

         Penjualan bersih


708.255
Harga pokok penjualan


525.305

Laba kotor



182950

Beban Operasi




         Beban penjualan:



                Beban gaji penjualan
60.030


                Beban iklan
10.860


                Beban penyusutan peralatan toko
3.100


                Beban penjualan rupa-rupa
630


                                Total beban penjualan

74.620

         Beban administrasi



                Beban gaji kantor
21.020


                Beban sewa
8.100


                Beban penyusutan peralatan kantor
2.490


                Beban asuransi
1.910


                Beban perlengkapan kantor
610


                Beban administrasi rupa-rupa
760


                                Total beban administrasi

34.890

                                Total beban operasi


109.510

Laba dari operasi   



73.440

Pendapatan Lain-lain




         Pendapatan bunga
3.800


         Pendapatan sewa
600


                                Total pendapatan lain-lain

4.400

Beban lain-lain



         Beban bunga

2.440
1.960

Laba bersih



75.400


Laporan laba rugi langsung

Dalam laporan laba rugi langsung (single step income statement), hasil penjumlahan semua beban dikurangkan sekaligus dari hasil penjumlahan semua pendapatan. Laporan laba rugi langsung dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini:
Gambar 2.2.
Prahara Komputer
Laporan Laba Rugi
Untuk periode yang berakhir 31 Desember 2002
(dalam ribuan rupiah)
Pendapatan:


       Penjualan bersih

708.255
       Pendapatan bunga

3.800
       Pendapatan sewa

600
            Total pendapatan

712.655
Beban:


       Harga pokok penjualan
525.305

       Beban penjualan
74.620

       Beban administrasi
34.890

       Beban bunga
2.440

            Total beban

637.255
Laba bersih

75.400


Bentuk langsung (single step form) memberikan penekanan pada total pendapatan dan total beban sebagai faktor-faktor yang menentukan laba bersih. Kritik terhadap bentuk langsung timbul karena jumlah laba kotor dan laba operasi tidak tersedia untuk digunakan dalam analisis lebih lanjut.

B.    LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Laporan ekuitas pemilik melaporkan perubahan ekuitas pemilik selama jangka waktu tertentu. Laporan tersebut dipersiapkan setelah laporan laba rugi, karena laba bersih atau rugi bersih periode berjalan harus dilaporkan dalam laporan ini. Demikian juga, laporan ekuitas pemilik dibuat sebelum mempersiapkan neraca, karena jumlah ekuitas pemilik pada akhir periode harus dilaporkan di neraca. oleh karena itu, laporan ekuitas pemilik seringkali dipandang sebagai penghubung antara laporan laba rugi dengan neraca.
                Laporan ekuitas yang dibuat oleh perusahaan menunjukkan:
1.       Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan
2.       Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas
3.       Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait
4.       Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik
5.       Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya; dan rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.

PSAK No. 21 (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002) menyatakan bahwa ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan harus dilaporkan sedemikian rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku.
           
Akuntansi untuk ekuitas dibedakan menjadi dua yaitu akuntansi untuk ekuitas badan usaha bukan PT dan Akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT. Akuntansi untuk ekuitas badan usaha bukan PT harus dilaporkan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku untuk badan usaha tersebut dan standar akuntansi keuangan yang berlaku khusus untuk industri yang bersangkutan, misalnya koperasi.
                Akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT meliputi modal saham yang meliputi saham preferen, saham biasa, dan akun tambahan modal disetor. Pos modal lainnya  seperti modal yang berasal dari sumbangan dapat disajikan sebagai bagian dari tambahan modal disetor. Akun tambahan modal disetor terdiri dari berbagai macam unsur penambahan modal, seprti; agio saham, tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga yang lebih rendah dari pada jumlah yang diterima pada saat pengeluaran, tambahan modal dari penjualan saham yang diperoleh kembali dengan harga di atas jumlah yang dibayarkan pada saat perolehaannya, tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor dan lain sebagainya. Akun tambahan modal disetor tidak boleh didebit atau dikredit dengan pos laba/rugi usaha maupun laba/rugi luar biasa.
                Penambahan modal disetor dicatat berdasarkan:
1.       Jumlah uang yang diterima;
2.       Setoran saham dalam bentuk uang, sesuai transaksi nyata. Untuk jenis saham yang diatur dalam bentuk rupiah dalam akta pendirian, setoran saham tunai dalam bentuk mata uang asing dinilai dngan kurs berlaku tanggal setoran.
Untuk jenis saham yang diatur dalam mata uang asing dalam akta pendiriannya, setoran tunai baik rupiah atau mata uang asing lain harus dikonversi ke mata uang asing dalam akta pendirian sesuai kurs resmi yang berlaku pada tanggal setoran, kecuali akta pendirian atau keputusan Pemenrintah menentukan kurs tetap. Selisih kurs mata uang asing yang timbul sehubungan dengan transaksi modal, harus dibukuan sebagai bagian dari modal dalam akun selisih kurs atas modal disetor dan bukan merupakan unsur laba rugi.
3.       Besarnya tagihan yang timbul atau hutang yang dikonversikan menjadi modal;
4.       Setoran saham dalam dividen saham dilakukan dengan harga wajar saham, yaitu harga pasar tanggal transaksi untuk PT  yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek, atau nilai wajar yang disepakati Rapat Umum Pemegang Saham untuk saham yang tidak ada harga pasarnya.
5.       Nilai wajar aktiva bukan kas yang diterima;
6.       Setoran saham dalam bentuk barang (inbreng), menggunakan nilai wajar aktiva bukan kas yang diserahkan, yaitu nilai appraisal tanggal transaksi yang disetujui Dewan Komisaris untuk PT yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek, atau nilai kesepakatan Dewan Komisaris dan penyetor barang.
Pencatatan pengurangan modal disetor lazimnya dicatat berdasarkan:
1.       Jumlah uang yang dibayarkan; atau
2.       Besarnya hutang yang timbul; atau
3.       Nilai wajar aktiva bukan kas yang diserahkan.
Pengeluaran saham dicatat sebesar nilai nominal yang bersangkutan. Bila jumlah yang diterima dari pengeluaran saham tersebut lebih besar dari pada nilai nominalnya, selisih yang terjadi dibukukan pada akun agio saham.
Bila ketentuan hukum yang ada memungkinkan penarikan kembali saham yang telah dikeluarkan, maka pencatatan transaksi ini dilakukan dengan mendebit akun modal saham dan mengkredit modal saham yang diperoleh kembali sebesar jumlah yang dibukukan pada saat perolehan kembali saham yang bersangkutan.
Saham yang dikeluarkan sehubungan dengan penyertaan modal dalam bentuk penyerahan aktiva bukan kas atau pemberian jasa umumnya dinilai sebesar nilai wajar aktiva/jasa tersebut atau nilai wajar saham yang bersangkutan, tergantung mana yang lebih jelas.
Berikut ini contoh dari laporan perubahan ekuitas pemilik:
PT Konmuter
Laporan Perubahan Ekuitas Pemilik
Untuk periode yang berakhir 31 Desember 2002
(dalam rupiah)

Modal, 1 Desember 2002

0
Investasi pada 1 Desember 2002
15.000

Laba bersih bulan Desember 2002
3.050


18.050

Dikurangi penarikan
2.000

Kenaikan ekuitas pemilik

16.050
Modal akhir, 31 Desember 2002

16.050


PSAK No. 1 (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002) memberikan ilustrasi perubahan ekuitas sebagai berikut:
PT XYZ dan Anak Perusahaan
Laporan Perubahan Ekuitas
Untuk tahun yang Berakhir 31 Desember 19-2
(dalam ribuan rupiah)


Modal Saham
Agio Saham
Selisih Revaluasi
Selisih Kurs
Saldo Laba
Jumlah
Saldo per 31/12/19-0
X
X
X
(X)
X
X
Perubahan kebijakan akuntansi
-
-
-
-
(X)
(X)
Saldo yang disajikan kembali
X
X
X
(X)
X
X
Selisih revaluasi aktiva tetap


X


X
Laba Rugi belum direalilsasi dari pemilkan efek



(X)



(X)
Selisih kurs



(X)

(X)
Keuntungan.kerugian neto yang tidak diakui pada laporan laba rugi




X


(X)



X
Laba bersih periode berjalan




X
X
Dividen




(X)
(X)
Penempatan modal saham
X
X



X
Saldo per 31/12/19-1
X
X
X
(X)
X
X
Selisih revaluasi aktiva tetap


(X)


(X)
Laba Rugi belum direalisasi dari pemilikan efek



X



X
Selisih kurs



(X)

(X)
Keuntungan.kerugian neto yang tidak diakui pada laporan laba rugi




(X)


(X)



(X)
Laba bersih periode berjalan




X
X
Dividen




(X)
(X)
Penempatan modal saham
X
X



X
Saldo per 31/12/19-2
X
X
X
(X)
X
X


C.     LAPORAN NERACA
                Perusahaan perlu membuat neraca sebagai laporan pihak manajemen kepada pemilik atas asset yang dipercayakan kepadanya dan kepada pengguna lainnya. Neraca merupakan rangkaian dari laporan keuangan yang dibuat setelah manajemen membuat laporan perubahan ekuitas pemilik. Tanpa neraca pengguna laporan keuangan tidak dapat memperoleh informasi keadaan finansial perusahaan karena pada dasarnya neraca disusun berdasarkan informasi yang berasal dari saldo buku besar. Pengguna laporan keuangan juga tidak dapat membaca laporan keuangan secara parsial tanpa menghubungkan antara laporan keuangan yang satu dengan laporan keuangan yang lain. Oleh karenanya, neraca dibuat berdasarkan data-data akuntansi (saldo buku besar) yang benar dan laporan neraca harus disertai dengan laporan-laporan lainnya.
Pada dasarnya neraca disusun berdasarkan persamaan dasar akuntansi sebagai berikut:
Aktiva = Hutang + Modal
Aktiva menunjuk pada penggunaan dana, sementara hutang dan modal merupakan sumber dana. Dana / modal perusahaan secara umum dapat berasal dari hutang  kepada pihak eksternal perusahaan dan hutang kepada pihak internal perusahaan. hutang kepada pihak eksternal perusahaan dalam akuntansi digolongkan menjadi dua yaitu hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. Sementara, hutang kepada pihak internal perusahaan dalam akuntansi disebut sebagai modal. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut pada Bab ini.
                Tujuan neraca adalah menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada periode tertentu, biasanya satu tahun. Hal ini sesuai dengan prinsip going concern. Perusahaan harus membagi-bagi periode yang tidak pasti (seumur hidup perusahaan) ke dalam periode yang lebih pendek. Lebih lanjut tujuan pembuatan neraca adalah untuk mengetahui perkembangan finansial perusahaan dan pengendalian perusahaan. perusahaan perlu mengetahui perkembangan setiap peride agar pimpinan perusahaan dapat mengambil kebijakan-kebijakan yang diperlukan untuk kemajuan perusahaan (kemakmuran prinsipal, seluruh masyarakat). Apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan, maka dengan cepat pimpinan perusahaan dapat segera mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan (pengendalian).
Laporan neraca dibuat setelah perusahaan membuat laporan laba rugi dan laporan perubahan ekuitas pemilik dan melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan, menutup rekening laba rugi ke rekening neraca.
Ikatan Akuntan Indonesia (2002) dalam PSAK No. 1 menyatakan:
neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Neraca, minimal mencakup pos-pos berikut:
1.       aktiva berwujud / aktiva lancar, dijelaskan lebih lanjut dalam PSAK No. 9
2.       aktiva tidak berwujud, dijelaskan lebih lanjut dalam PSAK No 16 dan 19
3.       aktiva keuangan
4.       investasi yang diperlukan menggunakan metoda ekuitas, dijelaskan lebih lanjut dalam PSAK No 13 dan 15
5.       persediaan, dijelaskan lebih lanjut dalam PSAK No 14
6.       piutang usaha dan piutang lainnya
7.       kas dan setara kas
8.       hutang usaha dan utang lainnya
9.       kewajiban yang diestimasi
10.   kewajiban berbunga jangka panjang
11.   hak minoritas; dan
12.   modal saham dan pos ekuitas lainnya, dijelaskan lebih lanjut dalam PSAK No 21
Ada dua bentuk laporan neraca, yaitu skontro dan stafel. Perbedaan kedua bentuk tersebut adalah pada susunan rekening. Bentuk skontro rekening-rekening aktiva disusun pada sisi kiri dan rekening-rekening kewajiban disusun pada sisi kanan. Sedangkan bentuk stafel rekening-rekening aktiva diletakkan pada bagian atas selanjutnya diikuti rekening-rekening kewajiban. Untuk memperjelas perbedaan kedua bentuk tersebut, dapat dilihat pada akhir bab ini.
Secara umum, komponen-komponen yang ada di neraca dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.       Aktiva lancar
Suatu aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva lancar apabila aktiva tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
b)      Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca; atau
c)       Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi
Beberapa contoh aktiva yang dapat diklasifikasikan sebagai aktiva lancar:
a)      Kas
Kas terdiri dari saldo kas (cash on-hand) dan rekening giro. Sementara setara kas didefinisikan sebagai investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. (kurang dari tiga bulan)
b)      Piutang dagang
Aktiva ini timbul sebagai akibat perusahaan menjual barang/jasa secara kredit.
c)       Persediaan
Persediaan ini diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah. Biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya konvesi dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai.
d)      Surat berharga / efek (investasi jangka pendek)
Hal yang membedakan investasi jangka pendek dan jangka panjang adalah pada tujuan dilakukannya investasi tersebut. Investasi jangka pendek bertujuan untuk memanfaatkan dana yang menganggur. Sedangkan investasi jangka panjang bertujuan untuk menguasai perusahaan lain.
Investasi diklasifikasikan sebagai aktiva lancar harus dicatat dalam neraca pada nilai terendah antara biaya dan nilai pasar.
2.       Investasi jangka panjang
Investasi yang diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar harus dicatat dalam neraca berdasarkan biaya perolehan, kecuali jik aharga pasar ivestasi jangka panjang menunjukkan penurunan nilai di bawah biaya perolehan secara signifikan dan permanen, perlu dilakukan penyesuaian atas nilai investasi tersebut. Penilaian dalam hal ini dilakukan untuk masing-masing investasi secara individual.
Contoh aktiva yang dapat dikelompokkan sebagai investasi jangka panjang adalah penyertaan.
3.       Aktiva tidak lancar
Suatu aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar apabila aktiva tersebut tidak memiliki ciri seperti yang disebut pada aktiva lancar. Aktiva tidak lancar ini dibedakan menjadi dua yaitu aktiva tidak lancar berwujud dan aktiva tidak lancar tidak berwujud.
Contoh aktiva yang diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar antara lain:
a)      Kendaraan
b)      Bangunan
c)       Mesin
d)      Peralatan
e)      Tanah
f)       Hak paten
g)      Goodwill
h)      Aktiva yang masih dalam pembangunan
i)        Beban yang ditangguhkan
4.       Kewajiban lancar
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
a)      diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan; atau
b)      jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca
contoh kewajiban yang termasuk dalam klasifikasi kewajiban jangka pendek adalah:
a)      Hutang dagang
b)      Hutang bank
c)       Hutang gaji
d)      Hutang dividen
e)      Hutang jangka panjang yang jatuh temponya kurang dari 12 bulan
5.       Kewajiban jangka panjang
Suatu kewajiban dikatakan kewajiban jangka panjang apabila kewajiban tersebut tidak memenuhi karakteristik yang ada pada kewajiban jangka pendek
6.       Ekuitas
Perusahaan mengungkapkan hal-hal berikut di neraca atau di catatan atas laporan keuangan:
a)      Untuk setiap jenis saham
1)      jumlah saham modal dasar
2)      jumlah saham yang diterbitkan dan disetor penuh
3)      nilai nominal saham
4)      ikhtisar perubahan jumlah saham beredar
5)      hak, keistimewaan, dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis saham termasuk pembatasan atas dividen dan pembayaran kembali atas modal
6)      saham perusahaan yang dikuasai oleh perusahaan itu sendiri atau oleh anak perusahaan atau perusahaan asosiasi; dan
7)      saham yang dicadangkan untuk hak opsi dan kontrak penjualan, termasuk nilai dan persyaratannya.
b)      penjelasan mengenai sifat dan tujuan pos cadangan dalam ekuitas
c)       penjelasan apakah dividen yang diusulkan tapi secara resmi belum disetujui untuk dibayarkan telah diakui atau tidak sebagai kewajiban dan
d)      jumlah dividen saham preferen kumulatif yang belum diakui
PSAK mengatur bahwa minimal yang disajikan dalam neraca mencakup hal-hal sebagai berikut:
1.       Aktiva berwujud
2.       Aktiva tidak berwujud
3.       Aktiva keuangan
4.       Investasi yang diperlakukan menggunakan metoda ekuitas
5.       Persediaan
6.       Piutang usaha dan piutang lainnya
7.       Kas dan setara kas
8.       Hutang usaha dan hutang lainnya
9.       Kewajiban yang diestimasi
10.   Kewajiban berbunga jangka panjang
11.   Hak minoritas
12.   Modal saham dan pos ekuitas lainnya
Pos, judul, dan sub jumlah lain disajikan dalam neraca apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan posisi keuangan perusahaan secara wajar.
                Perusahaan harus mengungkapkan di neraca atau di catatan atas laporan keuangan, sub-klasifikasi pos-pos yang disajikan, diklasifikasikan dengan cara yang tepat sesuai dengan operasi perusahaan. Setiap pos di sub-klasifikasikan, jika memungkinkan sesuai dengan sifatnya; jumlah terutang atau piutang pada perusahaan induk, anak perusahaan, perusahaan asosiasi dan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa lainnya diungkapkan secara terpisah.
Neraca dapat memberikan informasi  yang berkaitan dengan likuiditas, solvabilitas. Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya. Sementara solvabilitas menunjuk pada kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya apabila perusahaan dilikuidasi. Baik Likuiditas maupun solvabilitas akan dibahas lebih lanjut pada Bab III.

Bentuk Skontro:
PT ABC
Neraca
Per 31 Desember 2002
(dalam rupiah)
Aktiva
Kewajiban
Aktiva lancar
Kewajiban jangka pendek:
     Kas dan bank
    Hutang dagang
     Piutang dagang
    Hutang bunga
     Persediaan
    Hutang pajak penghasilan
Aktiva tidak lancar
Kewajiban jangka menengah
     Kendaraan
    Leasing
     Penyusutan kendaraan
Kewajiban jangka panjang
     Mesin
    Hutang obligasi
     Penyusutan mesin
    Hutang hipotek
     Bangunan
Modal sendiri
     Penyusutan bangunan
    Saham preferen
     Tanah
    Saham biasa

    Agio/disagio

    Laba  yang ditahan
Total Aktiva
Total Kewajiban




Bentuk stafel:
PT ABC
Neraca
Per 31 Desember 2002
(dalam rupiah)
Aktiva
Aktiva Lancar:
Kas dan bank
Piutang dagang
Persediaan
Aktiva tidak lancar:
Kendaraan
Penyusutan kendaraan
Mesin
Penyusutan mesin
Bangunan
Penyusutan bangunan
Tanah
Total Aktiva

Kewajiban

Kewajiban jangka pendek:
    Hutang dagang
    Hutang bunga
    Hutang pajak penghasilan
Kewajiban jangka menengah
    Leasing
Kewajiban jangka panjang
    Hutang obligasi
    Hutang hipotek
Modal sendiri
    Saham preferen
    Saham biasa
    Agio/disagio
    Laba  yang ditahan
Total Pasiva






D.    LAPORAN ARUS KAS
Laporan arus kas pada dasarnya merupakan laporan atas hasil dan penggunaan kas dan setara kas. Banyak aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, membayar gaji, membayar utang, melakukan pembelian, memproduksi, melakukan investasi dan sebagainya. Semua kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan membutuhkan biaya baik kas dan setara kas maupun non kas. Kegiatan perusahaan yang membutuhkan kas dirangkum dalam laporan arus kas.
                FASB dan Ikatan Akuntan Indonesia mensyaratkan bahwa perusahaan perlu membuat laporan arus kas, karena laporan tersebut memberikan manfaat bagi pengguna laporan keuangan. Laporan arus kas tersebut dibuat bersamaan dengan laporan keuangan yang lainnya (laba rugi, perubahan ekuitas pemilik, neraca). Berbagai penelitian juga menunjukkan bukti bahwa laporan keuangan mempunyai kandungan informasi. Laporan arus kas memberikan informasi yang lebih pada laporan keuangan perusahaan. Bahkan rasio-rasio arus kas mempunyai daya prediksi yang lebih baik dan lebih reliabel dari pada rasio-rasio neraca (Mills dan Yamamura, 1998; Karsono, Yosef Widya, 2001).
                Rasio-rasio yang bersumber dari neraca (selanjutnya diungkap dengan rasio-rasio neraca) dapat misleading. Hal ini terbukti bahwa banyak perusahaan yang memiliki rasio-rasio neraca baik tetapi perusahaan-perusahaan tersebut gulung tikar. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa ternyata perusahaan-perusahaan yang bangkrut tersebut memiliki rasio-rasio arus kas negatif. Rasio-rasio arus kas yang negatif menyebabkan kas yang ada di perusahaan semakin sedikit (turun). Turunnya kas menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar kewajiban yang seharusnya dibayarkan. Ini dapat dijelaskan lebih lanjut dengan contoh sebagai berikut:
                Misalkan suatu perusahaan mempunyai aktiva lancar Rp 1.000,- dan hutang lancar sebesar Rp 500,-. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan mempunyai current ratio sebesar 200%. Rasio current sebesar 200% ini mempunyai arti bahwa Rp 2,- aktiva lancar digunakan untuk menanggung Rp 1,- hutang lancar. Karena perbandingan antara aktiva lancar dan hutang lancar 2 : 1, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut likuid (ditinjau dari sisi current rationya). Kelikuidan perusahaan tersebut tidak berarti apa-apa apabila perusahaan tidak bisa membayar hutangnya secara tunai. Hal ini bisa terjadi apabila jumlah kas yang dimiliki oleh perusahaan relatif sedikit dari pada hutangnya. Katakanlah jumlah kas yang tertera di neraca Rp 100,-, jumlah kas ini tidak dapat digunakan untuk menutup hutang perusahaan yang jumlahnya Rp 500,-. Tentu saja perusahaan berharap bahwa piutang yang dimilikinya dapat segera tertagih dan persediaan yang ada dapat segera terjual. Namun apabila harapan tersebut tidak nyata, perusahaan mau tidak mau harus mencari sumber dana lain, mungkin berasal dari hutang atau pemilik.
                Ditinjau dari manajemen keuangan, apabila perusahaan berhutang dan hutangnya digunakan untuk menutup hutang, maka tidak dapat dibenarkan. Hutang dapat dibenarkan apabila ditujukan untuk kegiatan produktif. Di lain pihak, apabila sumber dana tersebut berasal dari pemilik, pemilik yang rasional seharusnya berpikir ulang untuk menanamkan dananya pada perusahaan.
                Apabila perusahaan membuat laporan arus kas, maka pengguna akan lebih mengetahui kegunaan kas yang ada di dalam perusahaan. Berapa bagian yang digunakan untuk operasi, berapa bagian yang digunakan untuk pendanaan, dan berapa bagian yang digunakan untuk investasi. Pengguna laporan keuangan dapat menilai apakah perusahaan tepat dalam menggunakan kas yang dimilikinya. Pengguna laporan keuangan perusahaan dapat secara langsung melihat pada bottom line. Apakah kas yang dihasilkan dan digunakan perusahaan pada periode tersebut negatif atau positif. Apabila arus kas negatif menunjukkan bahwa pengeluaran kas (baik operasi, investasi, ataupun pendanaan) lebih besar dari pada pemasukan (hasil yang diperoleh dari aktivitas operasi, investasi, ataupun pendanaan).
                Dari contoh di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa rasio-rasio neraca dapat mengakibatkan misleading dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu untuk mengurangi misleading, perlu ada rasio-rasio yang lain selain rasio-rasio neraca. Dari arus kas dapat diperoleh beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengetahui kesehatan perusahaan.

KOMPONEN ARUS KAS
                Seperti telah disebutkan di atas, aktivitas perusahaan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu aktivitas operasi, aktivitas pendanaan dan aktivitas investasi. Jumlah kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakkukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. (PSAK No.2, IAI, 2002). Contoh arus kas yang berasal dari aktivitas operasi adalah:
1.      Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa
2.      Penerimaan dari royalty, fees, komisi, dan pendapatan lain
3.      Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa
4.      Pembayaran kas kepada karyawan
5.      Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat asuransi lainnya
6.      Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi
7.      Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi.
Aktivitas pendanaan melaporkan transaksi kas yang berhubungan dengan investasi oleh pemilik, peminjaman dana, dan pengambilan uang oleh pemilik. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah:
1.       Penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya;
2.       Pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menebus saham perusahaan
3.       Penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotik, dan pinjaman lainnya
4.       Pelunasan pinjaman
5.       Pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (lessee) untuk mengurangi saldo kewajiban yangberkaitan dengan sewa guna usaha pembiayaan (financial lease)
Aktivitas investasi melaporkan transaksi kas untuk pembelian atau penjualan aktiva tidak lancar. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi antara lain:
1.       Pembayaran kas untuk membei aktiva tetap, aktiva tak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aktiva tetap yang dibangun sendiri.
2.       Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan, aktiva tidak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain
3.       Perolehan saham atau instrumen keuangan perusahaan lain
4.       Uang muka danpinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan)
5.       Pembayaran kas sehubungan dengan future contract, forward contracts, option contracts, dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan (dealing or trading) atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.
Ada dua metoda yang digunakan  untuk menyusun arus kas. Metoda tersebut adalah metoda langsung dan metoda tidak langsung. Dalam metoda tidak langsung, Dalam metoda langsung, rekening-rekening yang berhubungan (mempengaruhi) net income terlebih dahulu disesuaikan. Penyesuaian ini dilakukan karena pencatatan transaksi perusahaan menggunakan metoda accrual basis, sementara di dalam laporan arus kas metoda yang digunakan adalah cash basis. Berikut ini disajikan pelaporan kedua metoda tersebut. Perbedaan antara penerimaan kas dan pembayaran yang berhubungan dengan aktivitas operasi menghasilkan kas bersih dari kegiatan operasi. Keuntungan metoda langsung adalah metoda ini menyajikan laporan penerimaan kas dan pengeluaran kas, sehingga dipandang konsisten dengan tujuan dari pelaporan arus kas itu sendiri, yaitu memberikan informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas.
Metoda tidak langung diawali dengan net income dan disesuaikan  terhadap rekening-rekening yang mempengaruhi net income tetapi tidak mempengaruhi kas operasi. Sebagai contoh: depresiasi, amortisasi, gain & loss yang berasal dari aktivitas pendanaan dan investasi. Keuntungan dari metoda tidak langsung adalah metoda ini lebih menfokuskan menjelaskan perbedaan antara net income dengan net cash flow hasil kegiatan operasional. Metoda ini juga menjelaskan hubungan antara neraca, net income,  net cash flow. Dalam praktek metoda ini yang sering digunakan untuk menyusun laporan arus kas.


Metoda Langsung
PT ABC
Laporan Arus Kas
Tahun yang berakhir 31 Desember 20-2
(dalam rupiah)

Arus kas dari Aktivitas Operasi


       Penerimaan kas dari pelanggan
30.150

       Pembayaran kas kepada pemasik dan karyawan
(27.600)

       Kas yang dihasilkan operasi
2.550

       Pembayaran bunga
(270)

       Pembayaran pajak penghasilan
(900)

       Arus kas sebelum pos luar biasa
1.380

       Hasil dari asuransi karena gempa bumi
180

       Arus kas bersih dari aktivitas operasi

1.560

Arus kas dari aktivitas investasi



       Perolehan anak perusahaan X dengan kas (catatan A)
(550)

       Pembelian tanah, bangunan dan peralatan (catatan B)
(350)

       Hasil dari penjualan peralatan
20

       Penerimaan bunga
200

       Penerimaan dividen
200

       Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi

(480)

Arus kas dari aktivitas pendanaan



       Hasil dari penerbitan modal saham
250

       Hasil dari pinjaman jangka panjang
250

       Pembayaran hutang sewa guna usaha keuangan
(90)

       Pembayaran dividen*
(1.200)

Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan

(790)
Kenaikan bersih kas dan setara kas

290
Kas dan setara kas pada awal periode (catatan C)

120
Kas dan setara kas pada akhir periode

410
* dapat juga dilaporkan sebagai arus kas operasi

 

 

 


Metoda Tidak Langsung

PT ABC
Laporan Arus Kas
Tahun yang berakhir 31 Desember 20-2

Arus kas dari Aktivitas Operasi


Laba bersih sebelum pajak dan pos luar biasa
3.350

Penyesuaian untuk:


       Penyusutan
450

       Kerugian selisih kurs
40

       Penghasilan investasi
(500)

       Beban bunga
400

Laba operasi sebelum perubahan modal kerja
3.740

       Kenaikan piutang dagang dan piutang lain
(500)

       Penurunan persediaan

1.050

       Penurunan hutang dagang
(1.740)

Kas dihasilkan dari operasi
2.550

Pembayaran bunga
(270)

Pembayaran pajak penghasilan
(900)

Arus kas sebelum pos luar biasa
1.380

Hasil dari penyelesaian asuransi gempa bumi
180

Arus kas bersih dari aktivitas operasi


1.560

Arus kas dari aktivitas investasi



Perolehan anak perusahaan X dengan kas (catatan A)
(550)

Pembelian tanah, bangunan, dan peralatan (catatan B)
(350)

Hasil dari penjualan peralatan
20

Penerimaan bunga
200

Penerimaan dividen
200

Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi

(480)

Arus kas dari aktivitas pendanaan



Hasil dari penerbitan modal saham

250

Hasil dari pinjaman jangka panjang

250

Pembayaran hutang sewa guna usaha keuangan

(90)

Pembayaran dividen*

(1200)

Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan


(790)

Kas bersih kas dan setara kas


290

Kas dan setara kas pada awal periode (catatan c)


120

Kas dan setara kas pada akhir periode


410


Catatan atas Laporan Arus Kas
(metoda langsung dan metoda tidak langsung)
A.      Perolehan Anak Perusahaan
Selama periode ini perusahaan membeli anak perusahaan X. nilai wajar dari aktiva yang diperoleh dan kewajiban diasumsikan sebagai berikut:


Dalam rupiah
Kas
40
Persediaan
100
Piutang Dagang
100
Tanah, Bangunan, dan Peralatan
650
Hutang Dagang
(100)
Hutang jangka panjang
(200)
Total harga beli
590
Dikurangi: kas dari X
(40)
Arus kas dari perolehan anak perusahaan
550

B.      Tanah, Bangunan, dan Peralatan
Selama periode ini, perusahaan memperoleh tanah, bangunan dan peralatan dengan nilai total Rp 1.250 dimana Rp 900 diantaranya diperoleh melalui sewa guna usaha keuangan. Pembayaran kas untuk perolehan ini adalah Rp 350.
C.      Kas dan Setara Kas
Kas dan setara kas terdiri dari kas di tangan dan saldo bank, serta investasi dalam instrumen pasar uang. Kas dan setara kas dalam laporan arus kas meliputi jumlah-jumlah dalam neraca berikut ini:


20-8
20-9
Kas dan Bank
40
25
Investasi jangka pendek
370
135
Kas dan setara kas yang dilaporkan sebelumnya
410
160
Pengaruh perubahan nilai tukar valuta
-
(40)
Kas dan setara kas setelah dinyatakan kembali
410
120

Kas dan setara kas pada akhir periode meliputi rekening deposito bank sebanyak Rp 100 yang dipegang oleh anak perusahaan dan tidak dapat digunakan dengan bebas oleh holding company karena adanya pembatasan arus valuta.
Kelompok perusahaan ini mempunyai fasilitas pinjaman untuk ekspansi di masa depan

D.      Informasi Segmen


Dalam rupiah

Segmen A
Segmen B
Total
Arus kas dari
1.700
(140)
1.560
Aktivitas operasi
(640)
160
(480)
Aktivitas investasi
(570)
(220)
(790)
Aktivitas pendanaan
490
200
290

Alternatif Penyajian (metoda tidak langsung)
Sebagai alternatif, dalam laporan arus kas dengan metoda tidak langsung, laba operasi sebelum perubahan modal kerja kadang-kadang disajikan sebagai berikut (dalam rupiah):

Pendapatan di luar pendapatan investasi
30.650
Biaya operasi di luar penyusutan
(26.910)
Laba operasi sebelum perubahan modal kerja
3.740


Daftar Bacaan

Ikatan Akuntans Indonesia, 2002, Standar Akuntansi Keuangan, penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Niswonger, Warren, Reeve, Fess, 1999, Prinsip-prinsip Akuntansi, Penerbit Erlangga, Jakarta

Karsono, Yosef Widya, 2001, Laporan Arus Kas Sebagai Alat untuk Menganalisa Kesehatan Perusahaan, Antisipasi, Volume 5, No.1

Mills, John R., dan Yamamura, Jeanne H., 1998, The Power of Cash Flow Ratios, Journal of Accountancy, October, Vol 186, No.4


Latihan

1.           Tunjukkanlah keterkaitan antara laporan laba rugi, laporan ekuitas pemilik, laporan neraca dan laporan arus kas.
2.           Berikan contoh keterkaitan antara laporan laba rugi, laporan ekuitas pemilik, laporan neraca dan laporan arus kas.
3.           Jelaskan arti pentingnya laporan laba rugi
4.           Sebutkan definisi laba rugi
5.           Sebutkan komponen-komponen yang menyusun laporan laba rugi
6.           Berikan contoh bentuk-bentuk laporan laba rugi
7.           Jelaskan arti pentingnya laporan perubahan ekuitas pemilik
8.           Sebutkan komponen-komponen yang ada dalam laporan perubahan ekuitas pemilik
9.           Buatlah laporan perubahan ekuitas pemilik apabila disediakan data
10.       Jelaskan arti pentingnya neraca
11.       Jelaskan karakteristik neraca
12.       Jelaskan komponen-komponen yang ada di dalam neracar
13.       Buatlah contoh bentuk-bentuk neraca
14.       Jelaskan arti penting arus kas
15.       Jelaskan komponen-komponen yang menyusun laporan arus kas
16.       Buat laporan arus kas menurut metoda langsung dan metoda tidak langsung

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Recent Post

Comments

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. watermark - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template